Kamis, 11 April 2013

Dakwah Islamiyah Ustadz Pledek

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil alamin
Washolatu wasalamu ala asyrafil anbiya’ wal mursalin
Amma ba’du
Alhamdulillah, marilah di hari yang cerah ini kita tetap bersyukur kepada Allah SWt, karena kita bisa berjumpa dan bertemu dalam acara yang mubarak ini. Sholawat dan salam teriring doa, marilah kita panjatkan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa agama Islam dari jaman jahiliyah sampai dengan jaman sekarang ini.
Hadirin yang berbahagia,
Dalam pidato agama Islam kali ini saya akan mengambil tema “etika terhadap diri Sendiri”. Orang muslim sangat menyakini bahwa kebahagian hidup di dunia dan di akherat sangat ditentukan pada sejauh mana pembinaan terhadap dirinya. Perbaikan diri dan penyucian dirinya.
Namun, tidak semua orang muslim mampu melaksanaan dan menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela. Karenanya, orang muslim tidak henti-hentinya membina diri sendiri dan menyucikannya, diri sendirilah yang layak menyucikannya, Diri kita melawan siang dan malam, mengevaluaisnya setiap saat, membawanya kepada perbuatan yang baik. Untuk itu, marilah kita memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan, memperbaiki diri, dan membinanya dengan jalan: taubat,
Taubat
Hadirin yang berbahagia,
Taubat merupakan melepaskan diri dari semua dosa-dosa masa lalu dan bertekad untuk tidak kembali mengulanginya lagi.  Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Surat An Nur ayat 31:
“Dan bertaubatlah kalian kepada Allah, hai orang-orang yangberiman supaya kalian beruntung”
Bila kita sudah bertaubat, maka kita tidak akan mengulanginya lagi dengan kesalahan dan dosa yang sama.
Muhasabah
Hadirin yang berbahagia,
Orang muslim selalu bekerja siang dan malam untuk kebahagiannya di akherat, kemuliyaan dari Allah SWt. Karena di dunialah tempat beramal. Namun, dalam beribadah adakalanya kita perlu melihat hal-hal yang wajib dan yang sunnah. Hal yang wajib merupakan modal dalam bisnis, sementara sunnahnya adalah keuntungan dari perniagaan bisnis.
Di akhir hari, kita berduaan dengan diri kita untuk mengadakan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas amal perbuatannya sepanjang siang harinya. Jika kita melihat ibadah kita ada yang kurang, maka kita akan menambahinya. Dan apabila ibadah ibadah kita sudah baik, maka kita akan mempertahankannya (istiqamah. Inilah yang disebut dengan muhasabah terhadap diri sendiri
Hadirin yang dimulyakan Allah,
Dmikianlah pidato agama Islam saya, dan tampaknya dua hal di atas, taubat dan muhasabah bisa mnejadi jalan bagi kita untuk tetap istiqamah beribadah kepada Allah SWt, sehingga kita menjadi orang yang benar-benar beriman.
Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thoriq.
Wa billahi taufiq wal hidayah, war ridlo wal inayah. Mohon maaf atas segala kesalahan
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Senin, 08 April 2013

Sabar, Perlahan-lahan Dan Kasih-sayang Lemah-lembut


 
Sabar, Perlahan-lahan Dan Kasih-sayang Lemah-lembut
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang menahan marahnya serta memaafkan kepada orang banyak dan Allah
itu mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (ali-lmran: 134)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Berilah pengampunan, perintahlah kebaikan dan janganlah menghiraukan kepada orang-orang
bodoh." (al-A'raf: 199)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan itu.Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang
sebaik-baiknya, sehingga orang yang bermusuhan antara engkau dengan ia akan menjadi teman yang
amat setia. Perbuatan sedemikian itu tidak akan diberikan kepada siapapun, selain dari orang-orang
yang berhati sabar dan tidak pula diberikan melainkan kepada orang yang mempunyai keberuntungan
besar." (Fushshilat: 34-35)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Dan niscayalah orang yang berhati sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya bai yang
sedemikian itu adalah termasuk pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dengan keteguhan hati." (as-
Syura: 43)
630. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda
kepada Asyaj Abdul Qais: "Sesungguhnya dalam dirimu itu ada dua macam perkara yang
dicintai oleh
Allah, yaitu sabar dan perlahan-lahan - dalam tindakan." (Riwayat Muslim)
631. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu Maha Lemah-lembut dan mencintai sikap yang lemahlembut
dalam segala perkara." (Muttafaq 'alaih)
632. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu Maha Lemah-lembut dan mencintai sikap lemah-lembut.
Allah memberikan sesuatu dengan jalan lemah-lembut, yang tidak dapat diberikan jika dicari
dengan cara kekerasan, juga sesuatu yang tidak dapat diberikan selain dengan jalan lemahlembut
itu." (Riwayat Muslim)
633. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya sikap lemah-lembut itu tidak menetap dalam sesuatu perkara,
melainkan ia makin memperindah hiasan baginya dan tidak dicabut dari sesuatu perkara,
melainkan membuat cela padanya." (Riwayat Muslim)
634, Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang A'rab -orang Arab dari daerah
pedalaman - kencing dalam masjid, lalu berdirilah orang banyak padanya dengan maksud
hendak memberikan tindakan padanya. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Biarkanlah orang
itu dan di atas kencingnya itu siramkan saja setimba penuh air atau segayung yang berisi air.
Karena sesungguhnya saja engkau semua itu dibangkitkan untuk memberikan
kemudahandan bukannya engkau semua itu dibangkitkan untuk memberikan kesukaran."
(Riwayat Bukhari)
Assajlu dengan fathahnya sin muhmalah dan sukunnya jim, artinya ialah timba yang
penuh berisi air, demikian pula artinya kata adzdzanub.
635. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Berikanlah kemudahan dan jangan
mempersukarkan. Berilah kegembiraan dan jangan menyebabkan orang lari." (Muttafaq
'alaih)
636. Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang tidak dikaruniai sifat lemah-lembut, maka ia tidak dikarunia segala
macam kebaikan." (Riwayat Muslim)
637. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi
s.a.w.: "Berikanlah wasiat padaku!" Nabi s.a.w. menjawab: "Janganlah engkau marah." Orang
itu mengulang-ulangi lagi permintaan wasiatnya sampai beberapa kali, tetapi beliau s.a.w.
tetap menjawab: "Janganlah engkau marah." (Riwayat Muslim)
638. Dari Abu Ya'la, yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya Allah itu menetapkan untuk berbuat kebaikan dalam segala hal. Maka
jikalau engkau semua membunuh, maka berlaku baiklah dalam membunuh itu dan jikalau
engkau semua menyembelih, maka berlaku baguslah dalam menyembelih itu. Hendaklah
seseorang dari engkau semua itu mempertajamkan pisaunya serta memberi kelonggaran
kepada apa yang disembelihnya itu," seperti mempercepat jalannya pisau, tidak dikuliti
sebelum benar-benar dingin, memberi minum sebelum disembelih dan Iain-lain. (Riwayat
Muslim)
Keterangan:
Dalam Agama Islam hukuman bunuh itu juga diadakan, misalnya orang yang berzina
muhshan, yaitu dengan cara dirajam (lihat Hadis keempat belas) atau perampok yang
menghadang di jalan dengan cara dibunuh lalu disalibkan, juga seperti orang yang
bermurtad dari Agama Islam, iapun wajib dibunuh setelah dinanti-kan tiga hari untuk
disuruh bertaubat. Pembunuhannya dengan dipotong lehernya. Dalam hal hukuman bunuh
dengan pemotongan leher ini, Rasulullah s.a.w. memberikan tuntunan hendaknya dilakukan
dengan sebaik-baiknya, umpama pedang yang digunakan untuk itu hendaklah yang tajam,
juga jangan mengadakan siksaan yang tidak-tidak, memotong-motong anggotanya setelah
mati, dijadikan tontonan dan Iain-Iain.
Mengenai hukuman rajam, yakni dilempari batu yang sedang, sampai mati untuk
orang yang berzina muhshan serta dibunuh lalu disalibkan untuk perampok, maka caranya
memang demikianlah yang ditetapkan oleh syariat. Jadi sekalipun tampaknya kurang baik
tetapi oleh sebab sudah demikian itu yang digariskan oleh syariat Islam, maka cara itu wajib
tetap diikuti, sesuai dengan nash-nash yang ada.

KITAB RIYADATUS SHOLIHIN-Bagusnya Budipekerti

Bagusnya Budipekerti
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya engkau - hai Muhammad - adalah memiliki budipekerti yang luhur." (al-
Qalam: 4)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan pula suka memaafkan kepada orang
banyak," sampai habisnya ayat. (ali-lmran: 134)
619. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu adalah sebaik-baik manusia dalam
hal budipekertinya." (Muttafaq 'alaih)
620. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Saya tidak pernah memegang suatu sutera tebal
ataupun sutera tipis yang rasanya lebih halus daripada tapak tangan Rasulullah s.a.w. Saya
juga tidak pernah mencium satu bau-bauanpun yang lebih harum daripada bau Rasulullah
s.a.w. Saya telah melayani Rasulullah s.a.w. selama sepuluh tahun, maka beliau tidak pernah
samasekali mengucapkan "cis" pada saya, juga tidak pernah bersabda: "Mengapa engkau
lakukan itu," untuk sesuatu yang saya lakukan, atau bersabda: "Alangkah baiknya kalau
engkau melakukan begini," untuk sesuatu yang tidak saya lakukan." (Muttafaq 'alaih)
621. Dari as-Sha'bu bin Jatstsamah r.a., katanya: "Saya pernah memberikan hadiah
kepada Rasulullah s.a.w. berupa seekor keledai liar, kemudian beliau s.a.w.
mengembalikannya pada saya. Setelah beliau melihat kecemasan yang tampak di mukaku,
lalu beliau s.a.w. bersabda: "Kita tidak mengembalikannya itu padamu, melainkan karena
kita ini sedang melakukan ihram." (Muttafaq 'alaih)
622. Dari an-Nawwas bin Sam'an r.a., katanya: "Saya bertanya kepada Rasulullah s.a.w.
perihal kebajikan dan dosa. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Kebajikan itu ialah baiknya
budipekerti dan dosa itu ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam dada - yakni
hati - dan engkau tidak suka kalau hal itu diketahui oleh orang banyak."
(Riwayat Muslim)
623. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah
s.a.w. itu bukan seorang yang kotor - baik kata-katanya atau tindakannya - dan tidak pula
seorang yang bersengaja hendak berbuat kekotoran - baik kata-kata atau tindakannya." Beliau
s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya termasuk dalam golongan orang-orang yang terpilih di
antara engkau semua adalah orang yang terbaik budipekertinya." (Muttafaq 'alaih)
624. Dari Abu darda' r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak ada sesuatu yang
lebih berat dalam timbangan amalannya seseorang mu'min besok pada hari kiamat daripada
baiknya budipekerti dan sesungguhnya Allah itu membenci kepada seorang yang kotor serta
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
299
rendah kata-katanya - yakni yang senantiasa memperbincangkan kemesuman, kejahatan dan
Iain-Iain."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.
625. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya tentang apakah
sebagian besar amalan yang memasukkan para manusia itu dalam syurga. Beliau s.a.w.
menjawab: "Yaitu bertaqwa kepada Allah dan bagusnya budipekerti." Beliau ditanya pula
tentang apakah sebagian besar amalan yang memasukkan para manusia dalam neraka.
Beliau menjawab: "Yaitu karena perbuatan mulut dan kemaluan."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
626. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesempurna-sempurnanya kaum mu'minin dalam hal keimanannya ialah yang
terbaik budipekertinya di antara mereka itu sedang orang-orang yang pilihan di antara
engkau semua itu ialah yang terbaik hubungan - pergaulannya - dengan isteri-isterinya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa Hadis ini adalah hasan
shahih.
627. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya mendengar Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya seorang mu'min itu niscayalah dapat mencapai derajatnya seorang
yang berpuasa - pada siang harinya - dan berdiri bersembahyang - pada malam harinya -
dengan sebab kebaikan budipekertinya itu." (Riwayat Abu Dawud)
628. Dari Abu Umamah al-Bahili r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Saya adalah seorang yang memberikan jaminan untuk memperoleh sebuah rumah
dalam halaman syurga bagi seseorang yang meninggalkan memberikan bantahan, sekalipun
ia merasa dalam kebenaran -apa yang dibantahnya itu, juga sebuah rumah di tengah syurga
bagi seseorang yang meninggalkan dusta, sekalipun dengan maksud bersenda gurau,
demikian pula sebuah rumah di tanah tinggi syurga bagi seorang yang memperbaiki
budipekertinya."
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Azza'im artinya seorang yang memberikan jaminan. Makna aslinya ialah pemimpin.
629. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya termasuk
golongan orang yang paling saya cintai di antara engkau semua serta yang terdekat
kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah yang terbaik budipekertinya di antara
engkau semua itu, dan sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya benci di
antara engkau semua serta yang terjauh kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah
orang-orang yang banyak berbicara, sombong bicaranya serta merasa tinggi apa yang
dipercakapkannya itu - karena kecongkakannya." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita
semua telah mengerti apa arti orang yang banyak bicara serta orang yang sombong
bicaranya. Tetapi apakah yang dimaksud mutafaihiq itu." Beliau s.a.w. menjawab: "Mereka itu
ialah orang-orang yang sombong - merasa tinggi isi pembicaraannya."
Diriwayatkan oleh ImamTermidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Atstsartsar ialah orang yang banyak bicaranya secara dipaksa-paksakan sendiri.
Almutasyaddiq ialah orang yang berlagak sombong kepada orang banyak dengan katakatanya
dan kalau berbicara itu serasa penuh isi mulutnya karena hendak memfasih-fasihkan
serta mengagung-agungkan pembicaraannya sendiri itu. Adapun Almutafaihiq asalnya dari
kata fahq, yaitu membuat penuh isi mulut dengan percakapannya serta meluas-luaskan apa
yang dibicarakannya, bahkan merasa asing - bangga - dengan kata-katanya karena
ketakabburan serta perasaan tingginya dan menampakkan bahwa dirinya adalah lebih utama
dari orang lain.
Imam Termidzi meriwayatkan dari Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah dalam
menafsiri arti "bagusnya budipekerti", ia mengatakan: "Bagusnya budipekerti ialah manisnya
wajah, memberikan kebaikan dan menahan kejahatan."

KITAB RIYADATUS SHOLIHIN-Haramnya Bersikap Sombong Dan Merasa Heran Pada Diri Sendiri

Bab 72
Haramnya Bersikap Sombong Dan Merasa Heran Pada Diri
Sendiri
Allah Ta'ala berfirman:
"Perumahan akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak hendak berbuat
sewenang-wenang di bumi dan tidak perlu hendak melakukan kerusakan, sedang kesudahan - yang
baik -adalah untuk orang-orang yang bertaqwa." (al-Qashash: 83)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan sombong." (al-lsra': 37)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Janganlah engkau memalingkan muka dan para manusia sebab kesombongan dan janganlah
berjalan di bumi dengan takabbur, sesungguhnya Allah itu tidak suka kepada setiap orang yang
sombong dan membanggakan diri." (Luqman: 18)
Makna tusha'-'ir khaddaka ialah engkau membuang muka atau memalingkannya dari
orang banyak karena berlagak sombong kepada mereka itu, sedang almarah atau maraha ialah
kesombongan atau takabbur.
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Sesungguhnya Qarun itu termasuk dalam golongan kaumnya Musa, tetapi ia melakukan
aniaya kepada mereka. Kami memberikan kepadanya gedung simpanan kekayaan yang anak kuncinya
saja berat dipikul oleh sekumpulan orang yang kuat. Perhatikanlah ketika kaumnya berkata kepadanya:
"Janganlah engkau bergembira - melampaui batas, sesungguhnya Allah itu tidak senang kepada orang
yang bergembira - secara melampaui batas - itu," sehingga firmanNya: "Kemudian ia dan rumahnya
Kami benamkan ke dalam tanah," sampai akhirnya ayat-ayat itu.
610. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tidak dapat masuk
syurga seseorang yang dalam hatinya ada sifat kesombongannya seberat debu." Kemudian
ada orang berkata: "Sesungguhnya seseorang itu ada yang senang jikalau pakaiannya itu baik
dan terumpahnyapun baik." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha
Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan
menghinakan orang banyak." (Riwayat Muslim)
Batharulhaqqi ialah menolak kebenaran dan mengembalikannya kepada orang yang
mengucapkannya itu - yakni memberikan bantahan pada kebenaran tadi, sedang ghamthunnasi
ialah menghinakan para manusia.
611. Dari Salamah bin al-Akwa' r.a. bahwasanya ada seorang lelaki makan di sisi
Rasulullah s.a.w. dengan menggunakan tangan kirinya, lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Makanlah dengan menggunakan tangan kananmu." Orang itu berkata: "Saya tidak dapat
makan sedemikian itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Tidak dapat engkau?" Ia berbuat sedemikian
itu tidak ada yang mendorongnya, melainkan kesombongannya juga. Salamah berkata:
"Orang itu akhirnya benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya,"
yakni tangannya terus cacat untuk selama-lamanya, sebab tidak dapat digunakan apa-apa.
(Riwayat Muslim)
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
296
612. Dari Haritsah bin Wahab r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Tidaklah saya memberitahukan padamu semua, siapakah ahli neraka itu? Mereka
itu ialah orang yang keras kepala, suka mengumpulkan harta tetapi enggan
membelanjakannya - untuk kebaikan - lagi bersikap sombong." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan Hadis ini telah diuraikan dalam bab Golongan orang-orang lemah dari
kaum Muslimin - lihat Hadis no. 252.
613. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Syurga dan neraka
berbantah-bantahan. Neraka berkata: "Di tempatku ada orang-orang yang gagah-gagah -
suka menekankan kemauannya pada orang banyak - lagi orang-orang yang sombong."
Syurga berkata: "Di tempatku adalah orang-orang yang lemah dan kaum miskin." Allah
kemudian memberikan keputusan antara kedua makhluk ini, firmanNya: "Sesungguhnya
engkau syurga adalah kerahmatanKu dan denganmulah Aku merahmati siapa saja yang
Kukehendaki, sedang sesungguhnya engkau neraka adalah siksaKu yang denganmulah Aku
menyiksa siapa saja yang Kukehendaki. Masing-masing dari keduamu itu atas
tanggunganKulah perkara isinya." (Riwayat Muslim)
614. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Allah tidak akan melihat pada hari kiamat nanti kepada seseorang yang menarik
sarungnya - yakni melemberehkan pakaiannya sampai ke bawah kaki - dengan tujuan
kesombongan." (Muttafaq 'alaih)
615. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Ada tiga macam orang yang tidak akan
diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak pula menganggap mereka sebagai orang
bersih - dari dosa, juga tidak hendak melihat mereka itu dan bahkan mereka akan
memperoleh siksa yang pedih sekali, yaitu orang tua yang berzina, raja-kepala negara-yang
suka membohong dan orang miskin yang sombong." (Riwayat Muslim)
616. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Allah 'Azzawajalla berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Kemuliaan adalah sarungKu dan
kesombongan adalah selendangKu. Maka barangsiapa yang mencabut salah satu dari kedua
pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa padanya," artinya mencabut ialah merasa
dirinya paling mulia atau berlagak sombong. (Riwayat Muslim)
617. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang berjalan dengan mengenakan pakaian yang
merasa heran - bangga - dengan dirinya sendiri, ia menyisir rapi-rapi akan rambutnya lagi
pula berlagak sombong di waktu berjalan, tiba-tiba Allah membenamkannya, maka ia
tenggelamlah dalam bumi sehingga besok hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)
618. Dari Salamah bin al-Akwa' r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak henti-hentinya seseorang itu menyombongkan dirinya sehingga dicatatlah ia
dalam goiongan orang-orang yang congkak, maka akan mengenai pada orang itu bahaya
yang juga mengenai goiongan manusia-manusia yang congkak."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Yadz-habu binafsihi artinya merasa dirinya tinggi dan juga berlaku sombong.

KITAB RIYADATUS SHOLIHIN

Bab 4
Kebenaran
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua
bersama-sama dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan orang-orang yang benar, lelaki ataupun perempuan." (al-Ahzab: 35)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk
mereka sendiri." (Muhammad: 21)
Adapun Hadis-hadis yang menerangkannya ialah:
54. Pertama: Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya
kebenaran - baik yang berupa ucapan atau perbuatan - itu menunjukkan kepada kebaikan
dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seseorang itu
niscaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli
melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan
dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya
seseorang itu niscaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli
berdusta." (Muttafaq 'alaih)
Sabda Nabi s.a.w. Yuriibuka, boleh dengan difathahkan ya'nya (dan boleh pula
didhamahnya, artinya: "Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh
atau halalnya sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu dalam
hatimu."
56. Ketiga: Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang
dalam menguraikan ceritera Raja Hercules. Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah
olehnya?" Yang dimaksud ialah oleh Nabi s.a.w. Abu Sufyan berkata: "Saya lalu menjawab:
"Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu
denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua." Ia
juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri dari
keharaman serta mempererat kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)
55. Kedua: Dari Abu Muhammad, yaitu Alhasan bin Ali bin Abu Thalib radhiallahu
'anhuma, katanya: "Saya menghafal sabda dari Rasulullah s.a.w. yaitu: "Tinggalkan apa-apa
yang menyangsikan hatimu - yakni jangan terus dilakukan - dan berpindahlah kepada apaapa
yang tidak menyangsikan hatimu 7 - yakni yang hatimu tenang jikalau melakukannya.
7 Jadi bila kila meragu-ragukan sesuatu, baiklah kita tinggalkan saja dan beralih pada yang tidak meraguragukan,
misalnya sesuatu yang belum terang hukumnya yakni samar-samar atau syubhat, maka baiklah
engkau tinggalkan saja.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
42
Maka sesungguhnya bersikap benar itu adalah ketenangan dan berdusta itu menyebabkan
timbulnya kesangsian."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.
57. Keempat: Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebut-kan Abu Said dan
dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, yaitu Sahl bin Hanif r.a., dan dia pernah
menyaksikan peperangan Badar, bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta'ala supaya dimatikan syahid dan
permohonannya itu dengan secara yang sebenar-benarnya, maka Allah akan
menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun ia mati di atas
tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)
58. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang Nabi dari golongan beberapa Nabi shalawatullahi wa salamuhu 'alaihim
berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya: "Jangan mengikuti peperanganku ini
seorang lelaki yang memiliki kemaluan wanita - yakni baru kawin - dan ia hendak masuk
tidur dengan isterinya itu, tetapi masih belum lagi masuk tidur dengannya, jangan pula
mengikuti peperangan ini seorang yang membangun rumah dan belum lagi mengangkat
atapnya - maksudnya belum selesai sampai rampung samasekali, jangan pula seseorang yang
membeli kambing atau unta yang sedang bunting tua yang ia menantikan kelahiran anakanak
ternaknya itu - yang dibelinya itu.
Nabi itu lalu berperang, kemudian mendekati sesuatu desa pada waktu shalat Asar
atau sudah dekat dengan itu, kemudian ia berkata kepada matahari: "Sesungguhnya engkau -
hai matahari - adalah diperintahkan - yakni berjalan mengikuti perintah Tuhan - dan sayapun
juga diperintahkan - yakni berperang inipun mengikuti perintah Tuhan. Ya Allah, tahanlah
jalan matahari itu di atas kita." Kemudian matahari itu tertahan jalannya sehingga Allah
memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Beliau mengumpulkan banyak harta
rampasan. Kemudian datanglah, yang dimaksud datang adalah api, untuk makan harta
rampasan tadi, tetapi ia tidak suka memakannya. Nabi itu berkata: "Sesungguhnya di
kalangan engkau semua itu ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka dari itu
hendaklah berbai'at padaku - dengan jalan berjabatan tangan - dari setiap kabilah seseorang
lelaki. Lalu ada seorang lelaki yang lekat tangannya itu dengan tangan Nabi tersebut. Nabi
itu lalu berkata lagi: "Nah, sesungguhnya di kalangan kabilah-mu itu ada yang
menyembunyikan harta rampasan. Oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu
itu memberikan pembai'atan padaku." Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya
itu lekat dengan tangan Nabi itu, lalu beliau berkata pula: "Di kalanganmu semua itu ada
yang menyembunyikan harta rampasan." Mereka lalu mendatangkan sebuah kepala sebesar
kepala lembu yang terbuat dari emas - dan inilah benda yang disembunyikan, lalu
diletakkanlah benda tersebut, kemudian datanglah api terus memakannya - semua harta
rampasan. Oleh sebab itu memang tidak halallah harta-harta rampasan itu untuk siapapun
ummat sebelum kita, kemudian Allah menghalalkannya untuk kita harta-harta rampasan
tersebut, di kala Allah mengetahui betapa kedhaifan serta kelemahan kita semua. Oleh sebab
itu lalu Allah menghalalkannya untuk kita." (Muttafaq 'alaih)
Alkhalifaat, dengan fathahnya kha' mu'jamah dan kasrahnya lam adalah jamaknya
khalifatun, artinya ialah unta yang bunting.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
43
59. Keenam: Dari Abu Khalid yaitu Hakim bin Hizam r.a., ia masuk Islam di zaman
pembebasan Makkah, sedang ayahnya adalah termasuk golongan pembesar-pembesar
Quraisy, baik di masa Jahiliyah ataupun di masa Islam, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Dua orang yang berjual-beli itu dengan kebebasan - yakni boleh mengurungkan jualbelinya
atau jadi meneruskannya - selama keduanya itu belum berpisah. Apabila keduanya
itu bersikap benar dan menerangkan - cacat-cacatnya, maka diberi berkahlah jual-beli
keduanya, tetapi jikalau keduanya itu menyembunyikan - cacat-cacatnya - dan sama-sama
berdusta, maka dileburlah keberakahan jual-beli keduanya itu." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Kata Shidqun yang berarti benar itu, maksudnya tidak hanya benar dalam
pembicaraannya saja, tetapi juga benar dalam amal perbuatannya. Jadi benar dalam kedua
hal itulah yang menurut sabda Nabi s.a.w. dapat menunjukkan ke jalan kebajikan dan
kebajikan ini yang menunjukkan ke jalan menuju syurga.
Secara ringkasnya, seseorang itu baru dapat dikatakan benar, manakala ucapannya
sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan, atau dengan kata lain ialah manakala amal
perbuatannya itu masih bertentangan dengan ucapannya, tetaplah ia dianggap sebagai
manusia yang berdusta atau kadzib. Misalnya seorang yang mengaku beragama Islam, tetapi
shalat tidak dilakukan, puasa tidak dikerjakan, bahkan mengucapkan dua kalimat syahadat
saja tidak dapat, maka dapatkah orang semacam itu dikatakan benar ucapannya. Tentu tidak
dapat. Ia tetap berdusta yang oleh Rasulullah s.a.w. disabdakan bahwa kedustaan itu
menunjukkan ke jalan kecurangan dan kecurangan itu menunjukkan ke jalan menuju neraka.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
44
Bab 5
Muraqabah (Pengintaian)
Allah Ta'ala berfirman:
"Dialah yang melihatmu ketika engkau berdiri dan juga gerak tubuhmu di antara orang-orang
yang bersujud." (asy-Syu'ara': 218-219)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Dia adalah besertamu di mana saja engkau semua berada." (al-Hadid: 4)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi baik di bumi ataupun di
langit."(ali-lmran: 5)
Lagi firmannya Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Tuhanmu itu niscaya tetap mengintipnya." (al-Fajar: 14)
Juga firmannya Allah Ta'ala:
"Dia Maha Mengetahui akan kekhianatan mata - maksudnya pandangan mata kepada sesuatu
yang diiarang atau kerlingan mata sebagai ejekan dan lain-lain perbuatan yang tidak baik - dan apa
saja yang tersembunyi dalam hati.” (al-Mu'min: 19)
Ayat-ayat yang mengenai bab ini banyak sekali dan kiranya dapat dimaklumi.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:
60. Pertama: Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita semua
duduk di sisi Rasulullah s.a.vv. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncullah di muka kita
seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak
timpak padanya bekas bepergian dan tidak seorangpun dari kita semua yang mengenalnya,
sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi s.a.w. lalu menyandarkan kedua lututnya
pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan
berkata: "Ya Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam." Rasulullah s.a.w. lalu
bersabda:
"Islam, yaitu hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada piihan kecuali Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan melakukan haji ke Baitullah jikalau
engkau kuasa jalannya ke situ."
Orang itu berkata: "Tuan benar."
Kita semua heran padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata
lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman."
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitabkitabNya,
rasul-rasulNya, hari penghabisan - kiamat - dan hendaklah engkau beriman pula
kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk - semuanya dari Allah jua."
Orang itu berkata: "Tuan benar." Kemudian katanya lagi:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
45
"Kemudian beritahukanlah padaku tentang Ihsan."
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah
seolah-olah engkau dapat melihatNya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya,
maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu."
Ia berkata: "Tuan benar." Katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari
kiamat."
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Orang yang ditanya - yakni beliau s.a.w. sendiri -
tentulah tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya - yakni orang yang datang tibatiba
tadi.
Orang itu berkata pula: "Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang alamat-alamatnya
hari kiamat itu."
Rasulullah s.a.w. menjawab:
"Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan puterinya - maksudnya
hamba sahaya itu dikawin oleh pemiliknya sendiri yang merdeka, lalu melahirkan seorang
anak perempuan. Anaknya ini dianggap merdeka juga dan dengan begitu dapat dikatakan
hamba sahaya perempuan melahirkan tuan puterinya - dan apabila engkau melihat orangorang
yang tidak beralas kaki, telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala
kambing sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar - karena sudah
menjadi kaya-raya dan bahkan menjabat sebagai pembesar-pembesar negara."
Selanjutnya orang itu berangkat pergi. Saya - yakni Umar r.a. - berdiam diri beberapa
saat lamanya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Umar, adakah engkau mengetahui
siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab: "Allah dan RasulNyalah yang lebih
mengetahuinya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat
Jibril, ia datang untuk memberikan pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat
Muslim)
Makna Talidulamatu rabbatahaa, yakni tuan puterinya. Adapun pengertiannya ialah
oleh sebab banyaknya hamba sahaya perempuan sehingga budak-budak tersebut melahirkan
puteri untuk tuan yang memilikinya. Puteri tuannya itu sama kedudukannya dengan
tuannya sendiri. Tetapi ada sebagian ulama yang mengatakan tidak sedemikian itu
maksudnya. Al-'Aalah, ialah golongan orang-orang fakir. Adapun kata Maliyyan artinya
waktu yang lama, yaitu sampai tiga hari tiga malam lamanya.
Keterangan:
Sebabnya Sayidina Umar terheran-heran karena orang yang bertanya itu semestinya
belum mengerti apa yang ditanyakan, tetapi anehnya setelah diberi jawaban, tiba-tiba
penanya itu berkata: "Tuan benar," dan kata-kata sedemikian ini tentulah menunjukkan
bahwa penanya itu telah mengerti. Barulah keheranan Sayidina Umar itu lenyap setelah
diberitahu bahwa yang bertanya tadi sebenarnya adalah Jibril a.s. yang kedatangannya
memang sengaja hendak mengajarkan soal-soal keagamaan kepada para sahabat Rasulullah
s.a.w.
Dalam Hadis di atas, ada beberapa hal yang penting kita ketahui, yaitu:
(a) Mendirikan shalat artinya tidak semata-mata menjalankan shalat saja, tetapi harus
dipenuhi pula syarat-syarat serta rukun-rukunnya dan ditepatkan selalu menurut waktuwaktunya.
(b) Percaya kepada Allah yakni meyakinkan bahwa Allah itu ada (jadi jangan
beranggapan bahwa Allah itu tidak ada seperti faham komunis), dan lagi Allah itu bersifat
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
46
dengan semua sifat kemuliaan, keagungan dan kesempurnaan serta terjauh dari semua sifat
kekurangan, kehinaan dan kerendahan.
(c) Malak ialah makhluk Allah yang dibuat daripada nur (cahaya) dan tidak berjejaljejal
seperti cahaya lampu yang memenuhi rumah. Dengan cahaya seribu lampu, belum juga
sesak rumah itu. Dengan ini teranglah apa yang dimaksud dalam sebuah Hadis:
Artinya:
"Bahwasanya Allah itu mempunyai malaikat, ada yang memenuhi sepertiga alam, ada yang
memenuhi dua pertiga alam dan ada yang memenuhi alam seluruhnya."
Adapun arti iman kepada malaikat ialah harus percaya bahwa mereka itu benar-benar
ada dan bahwa mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Malak itu
sebenarnya kata mufrad dan jamaknya berbunyi malaikat.
(d) Percaya kepada kitab-kitab Allah ialah meyakinkan betul-betul bahwa kitab-kitab
suci itu adalah firman Allah yang sebenar-benarnya yang diturunkan pada Rasul-rasulNya
dengan jalan wahyu dan meyakinkan pula bahwa isi yang terkandung di dalamnya ttu
semua benar.
(e) Percaya kepada para Rasul artinya beri'tikad seteguh-teguhnya bahwa apa yang
mereka bawa itu memang sebenarnya dari Allah Ta'ala.
(f) Hari Akhir ialah hari Kiamat. Iman dengan hari kiamat artinya mempercayai betulbetul
akan terjadinya hari penghabisan itu dan apa saja yang terjadi sesudahnya, misalnya
Hasyar (akan dikumpulkannya semua makhluk di padang mahsyar), Hisab (semua amal
akan diperhitungkan), Mizan (amal-amal akan ditimbang dalam neraca), menyeberangi
jembatan yang disebut Shirath dan kemudian ada yang masuk Jannah (syurga), ada pula
yang terus terjun ke (neraka) dan lain-lain hal lagi.
(g) Qadar ialah ketentuan dari Allah sebelum Allah membuat semua makhluk ini,
yang baik maupun yang jahat. Jadi segala macam adalah dengan kehendak Allah yang telah
dipastikan sejak zaman azali dulu yaitu zaman sebelum Allah membuat apa-apa. Tetapi kita
jangan lupa berikhtiar, karena kita telah diberi akal oleh Allah untuk mengusahakan
bagaimana jalannya agar kita tetap bernasib baik dan terjauh dari nasib buruk. Kita tetap
harus berdaya upaya selama hayat dikandung badan.
(h) Dengan cara ibadat sebagaimana yang terkandung dalam arti kata Ihsan ini, maka
tentu akan khusyuklah kita sewaktu menyembah Allah itu. Kalau dapat seolah-olah tahu
pada Allah, ini namanya Mukasyafah (terbuka dari semua tabir yang menutup) dan kalau
mengangan-angankan bahwa Allah tetap melihat kita, ini namanya Muraqabah (mengintaiintainya
Allah pada kita).
(i) Tanda-tanda yang dimaksud ini ialah tanda-tanda kecil sebab datangnya hari
kiamat itu ada tanda-tandanya yang kecil dan ada tanda-tandanya yang besar. Tanda-tanda
kecil artinya datangnya itu masih agak jauh, tetapi bila tanda-tanda besar telah nampak,
maka itulah yang menunjukkan bahwa hari kiamat telah sangat dekat sekali saat terjadinya.
(j) Hamba sahaya perempuan meiahirkan tuannya - artinya, banyak sahaya
perempuan itu yang dikawin oleh raja-raja atau pejabat-pejabat tinggi lalu meiahirkan anakanak
perempuan sehingga anak-anaknya itu pun akan berkedudukan sebagaimana ayahnya.
(k) Orang yang tak beralas kaki, telanjang, miskin serta penggembala kambing sama
bermegah-megah dalam gedung-gedung besar, maksudnya ialah bahwa yang asalnya hanya
penggembala yang miskin hingga seolah-olah tak pernah beralas kaki dan pakaiannya
hampir-hampir tidak ada (boleh dikata telanjang) tiba-tiba menjadi pembesar-pembesar
negeri dan mendiami gedung-gedung besar lagi indah dan sama berkuasa serta kaya raya.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
47
Dengan demikian, keadaan negeri lalu rusak binasa sebab sesuatu perkara semacam
pemerintahan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, sebagaimana dalam sebuah
Hadis diterangkan:
Artinya:
"Apabita sesuatu perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah
saat kerusakannya."
Dengan initahulah kita bahwa Islam itu mengandung tiga unsur yang utama yakni:
A. 5 Arkanul Islam, B. 6 Arkanul lman dan C. 2 Arkanul Ihsan.
61. Kedua: Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu
Mu'az bin Jabal radhiallahu 'anhuma dari Rasulullah s.a.w. sabdanya:
"Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan ikutilah perbuatan jelek
itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu dapat menghapuskan kejelekan tadi dan
pergaulilah para manusia dengan budi pekerti yang bagus."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Keterangan:
Hadis ini mengandung tiga macam unsur, yakni bertaqwa kepada Allah, kebaikan
diikutkan sesudah mengerjakan kejelekan dan perintah bergaul dengan baik antara seluruh
ummat manusia. Mengenai yang ketiga tidak kami jelaskan lebih panjang, sebab masingmasing
bangsa tentu memiliki cara-cara atau adat-istiadat sendiri. Namun demikian juga
mesti dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh agama Islam,
sehingga tidak melampaui batas, akhirnya terperosok dalam hal-hal yang diharamkan oleh
Allah Ta'ala. Jadi di bawah ini akan diuraikan periha! yang dua buah unsur saja, yaitu:
(a) Takut pada Allah atau Taqwallah adalah satu kata yang menghimpun arti yang
sangat dalam sekali, pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua perintah Allah dan
menjauhi serta menahan dir idari melakukan larangan-laranganNya. Dengan demikian
terjagalah jiwa dan terpeliharalah hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan,
kemusyrikan yang terang (jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar dari kekufuran
dan kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu dari semuanya tadi.
Tentang ini Allah telah berfirman:
"Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama
berlaku baik."
(b) Mengikutkan kebaikan sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah bertaubat,
karena dengan demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita lakukan, asalkan kita
bertaubat itu dengan sebenar-benarnya, sebagaimana firman Allah:
Artinya:
"Melainkan orang yang bertaubat dan beriman dan beramal shalih, maka mereka itu kejelekankejelekannya
akan diganti oleh Allah dengan kebaikan-kebaikan."
62. Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya berada di belakang
Nabi s.a.w. - dalam kendaraan atau membonceng - pada suatu hari, lalu beliau bersabda:
"Hai anak, sesungguhnya saya hendak mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yaitu:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
48
Peliharalah Allah - dengan mematuhi perintah-perintahNya serta menjauhi laranganlaranganNya,
pasti Allah akan memeliharamu, peliharalah Allah, past! engkau akan dapati
Dia di hadapanmu. Jikalau engkau meminta, maka mohonlah kepada Allah dan jikalau
engkau meminta pertolongan, maka mohonkanlah pertolongan itu kepada Allah pula.
Ketahuilah bahwasanya sesuatu ummat - yakni makhluk seluruhnya - ini, apabila
berkumpul - bersepakat - hendak memberikan kemanfaatan padamu dengan sesuatu -
yang dianggapnya bermanfaat untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan
kemanfaatan itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Juga
jikalau ummat-seluruh makhluk - itu berkumpul - bersepakat - hendak memberikan bahaya
padamu dengan sesuatu - yang dianggap berbahaya untukmu, maka mereka itu tidak akan
dapat memberikan bahaya itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah
untukmu. Pena telah diangkat - maksudnya ketentuan - ketentuan telah ditetapkan - dan
lembaran-lembaran kertas telah kering - maksudnya catatan-catatan di Lauh Mahfuzh sudah
tidak dapat diubah lagi."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan
shahih.
Dalam riwayat selain Termidzi disebutkan:
"Peliharalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu.
Berkenalanlah kepada Allah - yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan
untuk Allah - di waktu engkau dalam keadaan lapang - sihat, kaya dan lain-lain, maka Allah
akan mengetahuimu - memperhatikan nasibmu - di waktu engkau dalam keadaan kesukaran
- sakit, miskin dan lain-lain.
Ketahuilah bahwa apa-apa yang terlepas daripadamu itu -keuntungan atau bahaya,
tentu tidak akan mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak akan dapat
terlepas daripadamu.
Ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya kelapangan itu
beserta kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada kelonggaran."
Keterangan:
Hal-hal yang perlu dimaklumi dalam Hadis ini ialah:
(a) Ada di belakang Nabi s.a.w. maksudnya ialah membonceng waktu naik bighal
(semacam kuda) dengan duduk di belakang beliau.
(b) Peliharalah Allah, yakni peliharalah perintah-perintah dan larangan-larangan
Allah serta berhati-hatilah pada kedua macam hal itu, pasti engkau dijaga olehNya dalam
duniamu, agamamu, dirimu dan keluargamu.
(c) Ummat ialah semua makhluk yang dimaksudkan.
(d) Pena-pena telah diangkat, artinya ketentuan-ketentuan telah tetap.
(e) Kertas-kertas telah kering maksudnya catatan-catatan semua yang ada di dalam
dunia semesta ini (sebagaimana yang tertera di
Lauh Mahfuzh) tentu saja tak ada yang dapat mengubah takdir-takdir dari Allah itu
kecuali yang dikehendaki olehNya sendiri sebagaimana firmanNya:
Artinya:
"Allah menghapus serta menetapkan apa saja yang dikehendaki olehNya dan di sisi Allahlah
ummut kitab atau pokok Catalan. Ummul kitab ini adalah ilmu Allah yang qadim (dahulu) sejak
zaman azali (sebelum ada apa-apa kecuali Allah)."
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
49
(f) Selain Termidzi yakni 'Abd bin Humaid dan juga Imam Ahmad.
(g) Suka mengenai pada Allah artinya senantiasa mendekat dan taat padaNya. Kalau
kita suka demikian ketika kita dalam keadaan lapang (banyak rezeki dan badan sihat), maka
Allah pasti suka melihat kita yakni mau memberi pertolongan pada kita apabila kita dalam
keadaan sukar pada suatu waktu.
(h) Suatu yang telah ditentukan oleh Allah (sejak zaman azali) akan lepas dari kita,
(tidak dapat kita capai), sudah tentu selamanya barang itu tetap lepas dari kita yakni tidak
dapat mengenai kita (kita peroleh). Demikian pula sebaliknya, yaitu bahwa sesuatu yang
telah ditentukan akan kita dapatkan, maka bagaimanapun juga tidak akan lepas dari kita.
(i) Pertolongan Allah beserta kesabaran yakni bila kita ingin pertolongan dari Allah,
haruslah kita sabar.
(j) Kelapangan beserta kesusahan dan nanti pasti ada kelonggaran yakni manusia itu
tidak mungkin akan terus menerus susah dan sukar, insya Allah pada suatu ketika ia akan
menemui kelapangan dan kelonggaran juga.
63. Keempat: Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya engkau semua pasti melakukan
berbagai amalan - yang diremehkannya sebab dianggap dosa kecil-kecil saja, yang amalanamalan
itu adalah lebih halus - lebih kecil - menurut pandangan matamu daripada sehelai
rambut. Tetapi kita semua di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya termasuk golongan
dosa-dosa yang merusakkan - menyebabkan kecelakaan dan kesengsaraan."
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ia mengatakan bahwa arti Almubiqat ialah apaapa
yang merusakkan.
64. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah
Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu ialah apabila seseorang manusia
mendatangi -mengerjakan - apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih)
65. Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani Israil, yaitu orang supak - yakni belangbelang
kulitnya, orang botak dan orang buta. Allah hendak menguji mereka itu, kemudian
mengutus seorang malaikat kepada mereka. Ia mendatangi orang supak lalu berkata:
"Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang supak berkata: "Warna
yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan orangorang
merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah kotorankotoran
itu dari tubuhnya dan dikaruniai -oleh Allah Ta'ala - warna yang baik dan kulit yang
bagus. Malaikat itu berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Orang
itu menjawab: "Unta." Atau katanya: "Lembu," yang merawikan Hadis ini sangsi - apakah
unta ataukah lembu. Ia lalu dikaruniai unta yang bunting, kemudian malaikat berkata:
"Semoga Allah memberi keberkahan untukmu dalam unta ini."
Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak, kemudian berkata: "Keadaan yang
bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang botak berkata: "Rambut yang bagus dan
lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat
itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya dan ia dikarunia rambut yang
bagus. Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia berkata:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
50
"Lembu." lapun lalu dikarunia lembu yang bunting dan malaikat itu berkata: "Semoga Allah
memberikan keberkahan untukmu dalam lembu ini."
Akhirnya malaikat itu mendatangi orang buta lalu berkata: "Keadaan bagaimanakah
yang amat tercinta bagimu?" Orang buta menjawab: "Yaitu hendaknya Allah mengembalikan
penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua orang." Malaikat lalu
mengusapnya dan Allah mengembalikan lagi penglihatan padanya. Malaikat berkata pula:
"Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia menjawab: "Kambing." lapun
dikarunia kambing yang bunting - hampir beranak.
Yang dua ini - unta dan lembu melahirkan anak-anaknya dan yang ini - kambing -
juga melahirkan anaknya. Kemudian yang seorang - yang supak - mempunyai selembah
penuh unta dan yang satunya lagi - yang botak - mempunyai selembah lembu dan yang
lainnya lagi - yang buta - mempunyai selembah kambing.
Malaikat itu lalu mendatangi lagi orang - yang asalnya - supak dalam rupa seperti
orang supak itu dahulu keadannya - yakni berpakaian serba buruk - dan berkata: "Saya
adalah orang miskin, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki
bagiku dalam bepergianku ini. Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada
hari ini kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan
atas nama Allah yang telah mengaruniakan padamu warna yang baik dan kulit yang bagus
dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau menyampaikan maksudku dalam
bepergianku ini - untuk sekedar bekal perjalanannya." Orang supak itu menjawab:
"Keperluan-keperluanku masih banyak sekali." Jadi enggan memberikan sedekah padanya.
Malaikat itu berkata lagi: "Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau dahulu
seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh manusia, bukankah engkau dulu
seorang fakir, kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?" Orang supak dahulu itu
menjawab: "Semua harta ini saya mewarisi dari nenek-moyangku dulu dan merekapun dari
nenek-moyangnya pula." Malaikat berkata pula: "Jikalau engkau berdusta dalam
pendakwaanmu - uraianmu yang menyebutkan bahwa harta itu adalah berasal dari warisan,
maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali seperti keadaanmu semula.
Malaikat itu selanjutnya mendatangi orang - yang asalnya -botak, dalam rupa - seperti
orang botak dulu - dan keadaannya -yang hina dina, kemudian berkata kepadanya
sebagaimana yang dikatakan kepada orang supak dan orang botak itu menolak
permintaannya seperti halnya orang supak itu pula. Akhirnya malaikat itu berkata: "Jikalau
engkau berdusta, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana
keadaanmu semula."
Seterusnya malaikat itu mendatangi orang - yang asalnya - buta dalam rupanya -
seperti orang buta itu dahulu - serta keadaannya - yang menyedihkan, kemudian ia berkata:
"Saya adalah orang miskin dan anak jalan - maksudnya sedang bepergian dan kehabisan
bekal, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam
bepergianku ini, maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini, kecuali
Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama
Allah yang mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing yang dapat saya
gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam bepergian ini." Orang buta dahulu itu
berkata: "Saya dahulu pernah menjadi orang buta, kemudian Allah mengembalikan
penglihatan padaku. Maka oleh sebab itu ambillah mana saja yang engkau inginkan dan
tinggalkanlah mana saja yang engkau inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat
kesukaran padamu - karena tidak meluluskan permintaanmu -pada hari ini dengan sesuatu
yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah 'Azzawajalla."
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
51
Malaikat itu lalu berkata: "Tahanlah hartamu - artinya tidak diambil sedikitpun, sebab
sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhai dirimu dan
memurkai pada dua orang sahabatmu - yakni si supak dan si botak." 8 (Muttafaq alaih)
Dalam riwayat Imam Bukhari kata-kata: La ajhaduka, yang artinya: "Aku tidak akan
membuat kesukaran padamu", itu diganti: La ahmaduka, artinya: "Aku tidak memujimu -
menyesali diriku - sekiranya hartaku tidak ada yang engkau tinggalkan karena engkau
membutuhkannya." 9
66. Ketujuh: Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a.dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya
dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah
orang yang dirinya selalu mengikuti hawanafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan
atas Allah - yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa
beramal shalih."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Imam Termidzi dan lain-lain ulama mengatakan bahwa makna Daana nafsahu artinya
membuat perhitungan pada diri sendiri.
67. Kedelapan: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setengah daripada kebaikan keislaman seseorang ialah apabila ia suka meninggalkan
apa-apa yang tidak memberikan kemanfaatan padanya - yakni ia tidak memerlukan untuk
mencampuri urusan itu. Ini adalah Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan
lain-lain.
Keterangan:
Meninggalkan sesuatu yang tidak berfaedah misalnya sesuatu yang memang bukan
urusan kita atau sesuatu yang terang salah dan batil, maka tidak berguna kita membela atau
menolongnya. Demikian pula sesuatu yang bila kita campuri, maka bukan makin baik dan
mungkin mencelakakan diri kita sendiri. Semua itu baiklah kita tinggalkan, kalau kita ingin
jadi orang Islam yang baik.
8 Sabdanya Nabi s.a.w. An-naaqatut 'usyara, dengan dhammahnya 'ain dan fathahnya syin serta dengan mad
(yakni dibaca panjang dengan diberi hamzah di belakang alif), artinya: bunting. Sabdanya Antaja dalam riwayat
lain berbunyi Fanataja, artinya: Menguasai di waktu keluarnya anak unta. Natij bagi unta adalah sama halnya
dengan Qabilah bagi wanita. Jadi natij, artinya penolong unta betina waktu beranak, sedang qabilah, artinya
penolong wanita waktu melahirkan atau biasa dinamakan bidan.
Sabda Wallada haadzaa dengan disyaddahkan lamnya, artinya: Menguasai waktu melahirkannya ini, Jadi sama
halnya dengan Antaja untuk unta. Oleh sebab itu kata-kata Muwallid, Natij dan Qabilah adalah sama maknanya,
tetapi muwallid dan natij adalah untuk binatang, sedang qabilah adalah untuk selain binatang.
Adapun sabda beliau s.a.w.: Inqatha-'at biyal hibaalu, yaitu dengan ha' muhmalah (tanpa bertitik) dan ba'
muwahhadah (bertitik sebuah), artinya: beberapa sebab. Jadi jelasnya: Sudan terputus semua sebab (untuk
dapat memperoleh bekal guna melanjutkan perjalananku).
9 Sama halnya dengan yang biasa diucapkan oleh orang banyak: "Laisa 'alaatbuulil hayaati nadamun," artinya:
Tidaklah selain timbul penyesalan dalam sepanjang kehidupan ini, maksudnya ialah oleh sebab sangat
panjangnya masa hidupnya itu.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
52
68. Kesembilan: Dari Umar r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang lelaki
itu ditanya apa sebabnya ia memukul isterinya - sebab mungkin ia akan malu jikalau
sebab pemukulannya diketahui oleh orang lain."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lainnya.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
53
Bab 6
Ketaqwaan
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah engkau semua kepada Allah dengan sebenarbenarnya
ketaqwaan." (ali-lmran: 102)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Maka bertaqwalah engkau semua kepada Allah sekuat-kuatmu." (at-Taghabun: 16)
Ayat ini menjelaskan apa yang dimaksudkan dari ayat yang pertama.
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Hai sekalian orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan
kata-kata yang betul - sesuai dengan apa yang sesungguhnya." (al-Ahzab: 70)
Ayat-ayat yang berhubungan dengan perintah bertaqwa itu banyak sekali dan dapat
dimaklumi.
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan membuat untuknya jalan
keluar - dari segala macam kesulitan - dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak dikira-kirakan."
(at-Thalaq: 2-3)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Jikalau engkau semua bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan untukmu semua
pembedaan - antara kebenaran dan kesalahan, juga menutupi kesalahan-kesalahanmu serta
mengampuni dosamu dan Allah itu memiliki keutamaan yang agung." (al-Anfal: 29)
Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya
ialah:
69. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Ya
Rasulullah, siapakah orang yang semulia-mulianya?"
Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu orang yang bertaqwa di antara engkau semua.
Orang-orang berkata: "Bukan ini yang kita tanyakan." Beliau s.a.w, menjawab: "Kalau
begitu ialah Nabi Yusuf, ia adalah Nabiullah, putera Nabiullah dan inipun putera Nabiullah
pula dan ini adalah putera khalilullah - kekasih Allah yakni bahwa Nabi Yusuf itu adalah
putera Nabi Ya'qub putera Nabi Ishaq putera Nabi Ibrahim yaitu Khalilullah."
Orang-orang berkata lagi: "Bukan ini yang kita tanyakan." Beliau s.a.w. menjawab pula:
"Jadi tentang orang-orang yang merupakan pelikan-pelikan - pembesar-pembesar - dari
bangsa Arab yang engkau semua tanyakan padaku? Orang-orang yang merupakan pilihan di
antara bangsa Arab itu di zaman Jahiliyah, itu pulalah yang merupakan orang-orang pilihan
di zaman Islam, jikalau mereka mengerti hukum-hukum agama." (Muttafaq 'alaih)
Lafaz Faquhuu jika dibaca dengan didhammahkan qafnya adalah masyhur, tetapi ada
yang mengatakan dengan mengkasrahkan qaf, lalu dibaca Faqihuu, artinya ialah "mengerti
akan hukum-hukum syara'."
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
54
70. Kedua: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:
"Sesungguhnya dunia ini manis dan menghijau - yakni lazat dan nyaman - dan
sesungguhnya Allah itu menjadikan engkau semua sebagai pengganti di bumi itu, maka itu
Dia akan melihat apa-apa yang engkau lakukan. Oleh karenanya, maka takutilah harta dunia
dan takutilah pula tipudaya kaum wanita. Sebab sesungguhnya pertama-tama fitnah yang
bercokol di kalangan kaum Bani Israil adalah dalam persoalan kaum wanita." (Riwayat
Muslim)
71. Ketiga: Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Ya Allah, sesungguhnya saya memohonkan padaMu akan petunjuk, ketaqwaan,
menahan diri dari apa-apa yang tidak diperkenankan serta kekayaan hati." (Riwayat Muslim)
72. Keempat: Dari Abu Tharif, yaitu 'Adi bin Hatim Aththa'i r.a., katanya; "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang bersumpah atas sesuatu persumpahan, kemudian ia mengetahui
hal yang keadaannya lebih menjurus kepada ketaqwaan terhadap Allah daripada
persumpahan yang dilakukannya tadi, maka hendaklah mendatangi - memilih -ketaqwaan
itu saja." (Riwayat Muslim)
73. Kelima: Dari Abu Umamah yaitu Shuday bin 'Ajlan al-Bahili r.a., katanya: "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. berkhutbah dalam haji wada' - haji terakhir bagi beliau s.a.w.
sebagai mohon diri, kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Bertaqwalah kepada Allah, kerjakanlah shalat lima waktumu, lakukanlah Puasa
dalam bulanmu - Ramadhan, tunaikanlah zakat harta-hartamu dan taatilah pemegangpemegang
pemerintahanmu, maka engkau semua akan dapat memasuki syurga Tuhanmu."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dalam akhir kitab bab shalat dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
55
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
56
Bab 7
Yakin Dan Tawakkal
Allah Ta'ala berfirman:
"Setelah orang-orang yang beriman itu melihat pasukan serikat - musuh - mereka berkata:
"Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya kepada kita dan Allah dan RasutNya itu berkata
benar. Hal yang sedemikian itu tidaklah menambahkan kepada orang-orang yang beriman tadi
melainkan kelmanan dan penyerahan bulat-bulat." (al-Ahzab: 22)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Para manusia berkata kepada orang-orang yang beriman itu: "Sesungguhnya orang-orang
telah berkumpul untuk melawan engkau semua, oleh karena itu takutlah kepada mereka." Tetapi hal itu
makin menambah keimanan mereka. Mereka menjawab: Allah cukup menjadi pelindung kita dan
sebaik-baiknya yang dijadikan tempat bertawakkal.
Kemudian mereka kembali dengan mendapatkan kenikmatan dan keutamaan dari Allah, mereka
tidak terkena sesuatu halanganpun dan mereka mengikuti keridhaan Allah dan Allah itu memiliki
keutamaan yang agung." (ali-lmran: 173-174)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan bertawakkallah kepada Tuhan yang Maha Hidup yang tidak akan mati." (al-Furqan: 58)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan kepada Allah, hendaklah orang-orang yang beriman itu sama bertawakkal," (Ibrahim: 11)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Jikalau engkau telah bulat tekad - untuk melaksanakan sesuatu - maka bertawakkallah kepada
Allah." (ali-lmran: 159)
Ayat-ayat mengenai hal bertawakkal itu banyak dan dapat dimaklumi.
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia pasti mencukupi untuknya." (at-
Thalaq: 3)
Lagi firmannya Allah Ta'ala:
"Hanyasanya orang-orang yang beriman itu, ialah mereka yang apabila disebutkan nama Allah,
maka hati mereka itu menjadi ketakutan, juga apabila ayat-ayatNya dibacakan kepada mereka, maka
bertambah-tambahlah keimanan mereka dan mereka itu sama bertawakkal kepada Tuhannya." (al-
Anfal: 2)
Ayat-ayat perihal keutamaan bertawakkal itupun banyak pula dan dapat pula
diketahui.
Keterangan:
Banyak sekali orang yang salah mengerti dalam melaksanakan ketawakkalan kepada
Allah Ta'ala itu. Ada yang berpendapat, tawakkal ialah menyerah bulat-bulat kepada Tuhan
tanpa berbuat daya-upaya dan usaha untuk mencari mana-mana yang baik dan
menyebabkan kebahagiaan. Ringkasnya enggan berikhtiar atau menyingsingkan lengan baju.
Anehnya ia meminta yang enak-enak belaka. Orang semacam di atas itu rupanya
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
57
berpendapat, bahwa tidak perlu ia belajar, jika Tuhan menghendaki ia menjadi orang pandai,
tentu pandai juga nantinya. Juga tidak perlu bekerja, jika Tuhan menghendaki ia menjadi
kaya, tentu kaya juga nantinya. Atau ketika sakit, tidak perlu ia berobat, jika Tuhan
menghendaki sembuh tentu sihat kembali pula. Semuanya itu samalah halnya dengan orang
yang sedang lapar, sekalipun macam-macam makanan di hadapan mukanya, tetapi ia
berpendapat, jika Tuhan menghendaki kenyang, tanpa makanpun akan menjadi kenyang
juga. Cara berfikir semacam di atas itu, apabila diterus-teruskan, pasti akan membuat
kesengsaraan diri sendiri, bahkan merusak akalnya sendiri.
Adapun maksud tawakkal yang diperintahkan oleh agama itu ialah menyerahkan diri
kepada Allah sesudah berdaya-upaya dan berusaha serta bekerja sebagaimana mestinya.
Misalnya meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci baik-baik, lalu bertawakkal.
Artinya apabila setelah dikunci itu masih juga hilang umpama dicuri orang, maka dalam
pandangan agama orang itu sudah tidak bersalah, sebab telah melakukan ikhtiar supaya
jangan sampai hilang. Hal yang semacam itu pernah terjadi di zaman Rasulullah s.a.w., yaitu
ada seorang sahabatnya yang meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti
pohon, tonggak dan lain-lain, lalu ditinggalkan.
Beliau s.a.w. bertanya: "Mengapa tidak kamu ikatkan?" Ia menjawab: "Saya sudah
bertawakkal kepada Allah." Rasulullah s.a.w. tidak dapat menyetujui cara berfikir orang itu,
lalu bersabda:
Artinya:
"Ikatlah dulu lalu bertawakkallah."
Ringkasnya tawakkal tanpa usaha lebih dulu adalah salah dan keliru menurut
pandangan Islam.
Jikalau kita sudah dapat meletakkan arti tawakkal pada garis yang sebenarnya, maka
sangat sekali dipuji dan pasti kita tidak akan kekurangan rezeki, sebab Allah Ta'ala akan
menjamin bahwa kita akan diberi bagian rezeki kita masing-masing sebagairnana halnya
burung yang pergi pagi-pagi dalam keadaan kosong perut, sedang pada sore harinya telah
menjadi kenyang.
Selain itu Allah berfirman bahwa srfat-sifat kaum mu'minin itu di antaranya ialah
selalu bertawakkal kepada Allah Ta'ala dengan pengertian tawakkal yang tidak disalahrnengertikan.
FirmanNya:
"Hanyasanya orang-orang yang beriman itu apabila nama Allah disebutkan, menjadi gentarlah
hati mereka dan apabila ayat-ayat Allah dibacakan, maka bertambahlah keimanan mereka dan hanya
kepada Allah jualah mereka bertawakkal." (al-Anfal: 2)
Yang perlu kita perhatikan, sehubungan dengan persoalan ini ialah:
Dalam mengejar cita-cita, supaya dapat berhasil kecuali amat diperlukan adanya sifat
kesabaran, juga wajib disertai sifat tawakkal ini. Karena yang menentukan berhasil atau
tidaknya sesuatu maksud itu hanyalah Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri. Lebih besar yang
dicita-citakan, wajib lebih besar pula sabar dan tawakkalnya, misalnya ingin menjadi seorang
yang alim, ingin memajukan agama, ingin mendirikan sesuatu negara yang benar-benar
diridhai oleh Allah Ta'ala, ingin melaksanakan hukum-hukum dan syariat Islam dalam
negara dan lain-lain sebagainya. Setelah bersabar dan bertawakkal wajib pula disertai doa,
memohon kepada Allah semoga yang dicita-citakan itu berhasil, jangan bosan-bosan berdoa
dan yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan. Insya Allah.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
58
74. Pertama: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Dipertontonkanlah padaku berbagai ummat, maka saya melihat ada seorang Nabi
dan besertanya adalah sekelompok manusia kecil - antara tiga orang sampai sepuluh, ada
pula Nabi dan besertanya adalah seorang lelaki atau dua orang saja, bahkan ada pula seorang
Nabi yang tidak disertai seseorangpun. Tiba-tiba diperlihatkanlah padaku suatu gerombolan
manusia yang besar, lalu saya mengira bahwa mereka itulah ummatku. Lalu dikatakanlah
padaku: "Ini adalah Musa dengan kaumnya. Tetapi lihatlah ke ufuk - sesuatu sudut."
Kemudian sayapun melihatnya, lalu saya lihatlah dan tiba-tiba tampaklah di situ suatu
gerombolan ummat yang besar juga. Selanjutnya dikatakan pula kepadaku: "Kini lihatlah
pula ke ufuk yang lain lagi itu." Tiba-tiba di situ terdapatlah suatu kelompok yang besar pula,
lalu dikatakanlah padaku: "Inilah ummatmu dan beserta mereka itu ada sejumlah tujuhpuluh
ribu orang yang dapat memasuki syurga tanpa dihisab dan tidak terkena siksa."
Kemudian Rasulullah s.a.w. bangun dan terus memasuki rumahnya. Orang-orang
banyak sama bercakap-cakap mengenai para manusia yang memasuki syurga tanpa dihisab
dan tanpa disiksa itu. Sebagian dari sahabat itu ada yang berkata: "Barangkali mereka itu
ialah orang-orang yang telah menjadi sahabat Rasulullah s.a.w." Sebagian lagi berkata:
"Barangkali mereka itu ialah orang-orang yang dilahirkan di zaman sudah munculnya agama
Islam, kemudian tidak pernah mempersekutukan sesuatu dengan Allah." Banyak lagi
sebutan - percakapan-percakapan - mengenai itu yang mereka kemukakan.
Rasulullah s.a.w. lalu keluar menemui mereka kemudian bertanya: "Apakah yang
sedang engkau semua percakapkan itu." Para sahabat memberitahukan hal itu kepada beliau.
Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
"Orang-orang yang memasuki syurga tanpa hisab dan siksa itu ialah mereka yang
tidak pernah memberi mentera-mentera tidak meminta mentera-mentera dari orang lain -
karena sangatnya bertawakkal kepada Allah, tidak pula merasa akan memperoleh bahaya
karena adanya burung-burung - atau adanya hal yang lain-lain atau ringkasnya meyakini
guhon tuhon atau khurafat yang sesat - dan pula sama bertawakkal kepada Tuhannya."
'Ukkasyah bin Mihshan al-Asadi, kemudian berkata: "Doakanlah saya - ya Rasulullah -
kepada Allah supaya Allah menjadikan saya termasuk golongan mereka itu - tanpa hisab dan
siksa dapat memasuki syurga." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Engkau termasuk golongan
mereka." Selanjutnya ada pula orang lain yang berdiri lalu berkata: "Doakanlah saya kepada
Allah supaya saya oleh Allah dijadikan termasuk golongan mereka itu pula." Kemudian
beliau bersabda: "Permohonan seperti itu telah didahului oleh 'Ukkasyah." (Muttafaq 'alaih)
Lafaz 'Ukkasyah dengan mendhammahkan 'ain serta mensyaddahkan kafnya,tetapi
boleh pula kafnya itu diringankan, yakni tidak disyaddahkan lalu dibaca 'Ukasyah. Namun
begitu, dengan mensyaddahkan kafnya adalah lebih fasih.
75. Kedua: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma juga bahwasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda - dalam berdoa:
"Ya Allah, kepadaMulah saya menyerahkan diri, denganMu saya beriman, atasMu
saya bertawakkal, ke hadhiratMu saya bertaubat, denganMu saya berbantah - menghadapi
musuh-musuh agama."
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
59
"Ya Allah, saya mohon perlindungan dengan kemuliaanMu, tiada Tuhan melainkan
Engkau, kalau sampai Engkau menyesatkan diriku. Engkau Maha Hidup yang tidak akan
mati, sedangkan semua jin dan manusia pasti mati." (Muttafaq 'alaih)
Hadis di atas itu menurut lafaz Imam Muslim dan diringkaskan dalam lafaz Imam
Bukhari.
76. Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma pula, katanya: "Lafaz: Hasbunallah wa
ni'mal wakil, artinya: Cukuplah Allah itu sebagai penolong kita dan Dra adalah sebaikbaiknya
yang diserahi, itu pernah diucapkan oleh Ibrahim a.s. ketika beliau dilemparkan ke
dalam api, Juga pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. ketika orang-orang sama
berkata: "Sesungguhnya orang-orang banyak telah berkumpul-bersatu-untuk memerangi
engkau,maka takutilah mereka itu," tetapi ucapan sedemikian itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang beriman melainkan keimanan belaka dan mereka berkata: Hasbunallah wa
ni'mal wakil. (Riwayat Bukhari)
Dalam riwayat Bukhari pula dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma disebutkan:
Ucapan Nabi Ibrahim yang terakhir sekali ketika beliau dilemparkan ke dalam api yaitu:
Hasbiallah wa ni'mal wakil artinya: "Cukuplah Allah itu sebagai penolongku dan Dia adalah
sebaik-baiknya yang diserahi."
77. Keempat: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Masuklah ke dalam syurga itu para kaum yang hatinya seperti hati burung." (Riwayat
Muslim)
Artinya kata-kata di atas itu disebutkan: Bahwasanya mereka itu sama bertawakkal.
Juga dapatdiartikan: bahwasanya hati mereka itu lemah lembut.
78. Kelima: Dari Jabir r.a. bahwasanya ia berperang bersama Nabi s.a.w. di daerah
dekat Najad - yakni perang Dzatur Riqa'. Setelah Rasulullah s.a.w. kembali - dari
perjalanannya – iapun kembali pula beserta mereka, kemudian mereka sama memperoleh
tidur siang dalam suatu lembah yang banyak pohon durinya. Rasulullah s.a.w. turun dan
orang-orang lainpun sama berteduh di bawah pohon. Rasulullah s.a.w. itu turun di bawah
pohon samurah kemudian menggantungkan pedangnya di situ.
Kita semua tidur, tiba-tiba Rasulullah s.a.w. memanggil-manggil kita dan di sisinya
ada seorang A'rab - orang Arab dari pegunungan, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Orang ini telah
mengacungkan pedangku padaku, sedang saya tidur tadi, kemudian saya bangun,
sedangkan pedang itu terhunus di tangannya, ia berkata: "Siapakah yang dapat menghalanghalangi
engkau dari perbuatanku ini?" Saya menjawab: "Allah" sampai tiga kali.
Tetapi beliau s.a.w. tidak menghukum orang - yang akan membunuhnya - tadi dan
beliaupun duduklah. (Muttafaq 'aiaih)
Dalam sebuah riwayat lagi disebutkan:
Jabir berkata: "Kita semua bersama-sama Rasulullah s.a.w. dalam peperangan Dzatur
Riqa', kemudian datanglah kita pada pohon yang rindang - nyaman digunakan sebagai
tempat berteduh - pohon itu kita biarkan untuk digunakan oleh Rasulullah s.a.w., kemudian
datanglah seseorang lelaki dari golongan kaum musyrikin sedangkan pedang Rasulullah
s.a.w. digantungkan pada pohon tersebut. Orang itu menghunus pedangnya lalu berkata:
"Adakah engkau takut padaku?" Rasulullah s.a.w. menjawab: "Tidak." Orang itu berkata lagi:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
60
"Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari perbuatanku ini." Beliau s.a.w.
menjawab: "Allah."
Disebutkan pula dalam riwayat lainnya lagi yaitu riwayat Abu Bakar al-lsma'ili dalam
kitab shahihnya demikian:
Orang itu berkata: "Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari
perbuatanku ini." Beliau s.a.w. bersabda: "Allah," kemudian jatuhlah pedang itu dari
tangannya.
Selanjutnya pedang itu diambil oleh Rasulullah s.a.w., lalu bersabda: "Siapakah yang
dapat menghalang-halangi engkau dari padaku ini?" Orang tadi berkata: "Jadilah engkau -
hai Muhammad -sebaik-baiknya orang yang dimintai perlindungan." Rasulullah s.a.w.
bersabda pula: "Sukakah engkau menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan
bahwasanya saya ini utusan Allah?" Ia menjawab: "Tidak suka aku demikian, tetapi saya
berjanji padamu bahwa saya tidak akan memerangi lagi padamu dan tidak pula akan
menyertai kaum yang memerangi engkau."
Oleh Rasulullah s.a.w. orang tersebut dilepaskan jalannya -dibebaskan, kemudian ia
mendatangi sahabat-sahabatnya lalu berkata: "Saya telah datang padamu sekalian ini dari sisi
sebaik-baik manusia - yang dimaksud ialah baharudatang dari Nabi Muhammad s.a.w.
Sabda Nabi s.a.w.: Ikhtarathas saifa, artinya mengacungkan pedang dalam keadaan
terhunus dan Wa huwa fi yadihi shaltan, artinya: pedang itu di tangannya sudah terhunus.
Lafaz shaltan itu boleh difathahkan shadnya dan boleh pula didhammahkan.
79. Keenam: Dari Umar r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Andaikata engkau sekalian itu suka bertawakkal kepada Allah dengan sebenarbenarnya
tawakkal, niscayalah Dia akan memberikan rezeki padamu sekalian sebagaimana
Dia memberikan rezeki kepada burung. Pagi-pagi burung-burung berperut kosong dan soresore
kembali dengan perut penuh berisi.
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Adapun makna Hadis itu ialah bahwa burung-burung itu pada permulaan hari siang,
yakni mulai pagi harinya sama pergi dalam keadaan khimash, artinya kosong perutnya, sebab
lapar, sedangkan pada akhir siang, yakni pada sore harinya sama kembali dalam keadaan
bithaan, artinya perutnya penuh sebab kenyang. Inilah tanda tawakkalnya burung pada Allah.
80. Ketujuh: Dari Abu 'Umarah, yaitu Albara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hai Fulan, jikalau engkau bertempat di tempat tidurmu - maksudnya jikalau hendak
tidur - maka katakanlah - doa yang artinya:
"Ya Allah, saya menyerahkan diriku padaMu, saya menghadapkan mukaku padaMu,
saya menyerahkan urusanku padaMu, saya menempatkan punggungku padaMu, karena
loba akan pahalaMu dan takut siksaMu, tiada tempat bersembunyi dan tiada pula tempat
keselamatan kecuali kepadaMu. Saya beriman kepada kitab yang Engkau turunkan serta
kepada Nabi yang Engkau rasulkan.
Sesungguhnya engkau - hai Fulan, jikalau engkau mati pada malam harimu itu, maka
engkau akan mati menetapi kefithrahan - agama Islam -dan jikalau engkau masih dapat
berpagi-pagi, - masih tetap hidup sampai pagi harinya, maka engkau dapat memperoleh
kebaikan." (Muttafaq 'alaih)
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
61
Disebutkan pula dalam kedua kitab shahih - Bukhari dan Muslim, dari Albara',
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada-ku: "Jikalau engkau mendatangi tempat
pembaringanmu - maksudnya hendak tidur, maka berwudhu'lah sebagaimana berwudhu'mu
untuk bersembahyang, kemudian berbaringlah atas lambung kananmu, kemudian
ucapkanlah......." Lalu diuraikannya sebagaimana yang tertera di atas, selanjutnya pada
penutupnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jadikanlah ucapan tersebut di atas itu sebagai
penghabisan sesuatu yang engkau ucapkan - maksudnya sehabis berdoa di atas, jangan lagi
berkata yang lain-lain."
81. Kedelapan: Dari Abu Bakar ash-Shiddiq, yaitu Abdullah bin Usman bin 'Amir bin
'Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalibal-Qurasyi at-
Taimi r.a., ia dan ayahnya, juga ibunya semuanya adalah termasuk golongan para sahabat
radhiallahu 'anhum, katanya: "Saya melihat pada kaki kaum musyrikin sedang kita berada
dalam guha dan orang-orang tersebut tepat di atas kepala kita, lalu saya berkata: "Ya
Rasulullah, andaikata seorang dari mereka itu melihat ke bawah kakinya, pasti mereka akan
dapat melihat tempat kita ini." Beliau s.a.w. lalu bersabda:
"Apakah yang engkau sangka itu, hai Abu Bakar bahwa kita ini hanya berdua saja.
Allah adalah yang ketiga dari kita ini - maksudnya senantiasa melindungi kita." (Muttafaq
'alaih)
82. Kesembilan: Dari Ummul Mu'minin Ummu Salamah dan namanya sendiri adalah
Hindun binti Abu Umayyahyaitu Hudzaifah al-Makhzumiyah radhiallahu 'anha bahwasanya
Nabi s.a.w. itu apabila keluar dari rumahnya, bersabda - yang artinya:
"Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah."
"Ya Allah, sesungguhnya saya mohon perlindungan kepadaMu kalau-kalau saya
sampai tersesat atau disesatkan, tergelincir - dari kebenaran - atau digelincirkan, menganiaya
atau dianiaya, menjadi bodoh - tidak mengerti sesuatu - ataupun dianggap bodoh oleh orang
lain atas diriku."
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Termidzi dan lain-lainnya dengan
sanad-sanad yang shahih. Termidzi berkata bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Hadis di
atas adalah menurut lafaznya Imam Abu Dawud.
83. Kesepuluh: Dari Anas r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya: Bismillah,
tawakkaltu 'alallah wala haula wala quwwata illabitlah - artinya: Dengan menyebut nama Allah,
saya bertawakkal kepada Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan dengan
pertolongan Allah, maka kepada orang itu dikatakanlah: "Engkau telah diberi petunjuk, telah
pula dicukupi keperluanmu, jika telah drberi penjagaan. Syaitanpun menyingkirlah dari
orang tersebut."
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Termidzi dan Nasa'i serta lain-lainnya. Termidzi
mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Abu Dawud menambahkan lalu berkata: "Bahwa
syaitan yang satu berkata kepada syaitan lainnya: "Bagaimana engkau dapat menggoda
orang yang telah diberi petunjuk telah dicukupi dan telah pula diberi penjagaan."
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
62
84. Kesebelas: Dari Anas r.a., katanya: "Ada dua orang bersaudara pada zaman Nabi
s.a.w. salah seorang dari keduanya itu datang kepada Nabi s.a.w., yang lainnya lagi bekerja.
Orang yang bekerja ini mengadu kepada Nabi s.a.w. mengenai saudaranya -yang
menganggur itu - lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Barangkali engkau diberi rezeki - oleh Allah - itu adalah dengan sebab adanya
saudaramu - yang engkau beri pertolongan makan dan lain-lain itu."
Diriwayatkan oleh Termidzi dengan isnad shahih atas syarat Muslim.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
63
Bab 8
Bertindak Lurus
Allah Ta'ala berfirman:
"Maka bertindak luruslah engkau sebagaimana engkau diperintahkan." (Hud: 112)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan kita semua,
kemudian mereka itu bertindak lurus - berpendirian teguh, maka malaikat-malaikat akan turun kepada
mereka - dan berkata: "fangan engkau semua takut dan jangan pula berdukacita dan terimalah berita
gembira memperoleh syurga yang telah dijanjikan kepadamu semua.
"Kami - Allah - menjadi pelindungmu semua dalam kehidupan dunia dan pada hari kemudian.
Di situ engkau semua memperoleh apa-apa yang menjadi keinginan hatimu dan di situ pula engkau
semua mendapatkan apa saja yang engkau semua minta.
"Hidangan dari Tuhan yang Maba Pengampun dan Penyayang." (Fushshilat: 30-32)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan kita semua,
kemudian mereka bertindak lurus - berpendirian teguh dalam kebenaran - maka mereka tidak akan
merasa takut dan tidak akan merasa berdukacita.
"Merekalah yang dapat menempati syurga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan dari
apa-apa yang mereka lakukan." (al-Ahqaf: 13-14)
85. Dari Abu 'Amr, ada yang mengatakan namanya Abu 'Amrah, Sufyan bin Abdullah
r.a., katanya: "Saya bertanya: Ya Rasulullah, katakanlah padaku dalam Islam tentang suatu
ucapan yang saya tidak akan menanyakan lagi pada seseorang selain Tuan."
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Katakanlah, saya beriman kepada Allah kemudtan
bertindak luruslah* - berpegang teguhlah pada kebenaran." (Riwayat Muslim)
Maksudnya bertindak lurus itu ialah:
Kalau kita telah mengaku beriman pada Allah, hendaklah kita jangan segan berlaku
yang benar dan jujur, misalnya benar-benar memperjuangkan cita-cita Islam. Maka jangan
hanya menamakan dirinya itu seorang Islam sekedar hanya pengakuan kosong belaka, tetapi
berlakulah yang benar sebagai seorang Muslim.
86. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersengajalah secara
sederhana - tidak sangat muluk-muluk ataupun teledor - dan bertindak luruslah, juga
ketahuilah bahwasanya tidak seseorangpun yang dapat selamat karena amalnya." Para
sahabat bertanya: "Sekalipun Tuan sendiri juga tidak - dapat diselamatkan oleh amalnya - ya
Rasulullah." Beliau s.a.w. menjawab: "Sayapun tidak dapat, kecuali jikalau Allah menutupi
diriku -memberikan karunia padaku - dengan kerahmatan daripadaNya serta dengan
keutamaanNya." (Riwayat Muslim)
Para ulama berkata: Makna istiqamah, yaitu tetap taat kepada Allah Ta'ala.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
64
Mereka mengatakan bahwa istiqamah itu adalah termasuk dari golongan jawami'ul
kalim - yakni sedikit kata-katanya tetapi luas pengertiannya - dan istiqamah itulah yang
merupakan kenizhaman segala perkara.
Wa billahit taufik.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
65
Bab 9
Memikir-mikirkan Keagungan Makhluk-makhluk Allah Ta'ala
Dan Rusaknya Dunia Dan Kesukaran-kesukaran Di Akhirat Dan
Perkara Yang Lain-lain DiDunia Dan Akhirat Serta Keteledoran
Jiwa, Juga Mendidiknya Dan Mengajaknya Untuk Bersikap
Istiqamah
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: Hanyasanya aku hendak menasihati kepadamu sekalian perkara satu saja, yaitu
supaya engkau sekalian berdiri di hadapan Allah berdua-duaan atau sendiri-sendiri, kemudian engkau
sekalian memikirkan bahwa bukanlah kawanmu itu terkena penyak'it gila. Tidaklah kawanmu itu
melainkan seorang yang memberikan peringatan kepadamu sekalian sebetum datangnya siksa yang
amat sangat." (Saba': 46)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi serta bersilih, gantinya malam dengan siang
itu adalah tanda-tanda - kekuasaan Allah - bagi orang-orang yang suka berfikir.
"Mereka itu ialah orang-orang yang selalu berzikir kepada Allah ketika berdiri, duduk ataupun
berbaring sambil memikirkan kejadian langit dan bumi. Mereka berkata: "Wahai Tuhan kami,
sesungguhnya tidaklah Engkau menjadikan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka lindungilah
kami dari siksa api neraka." Sampai ayat-ayat seterusnya. (ali-lmran: 190-191)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Apakah mereka tidak melihat - memperhatikan - pada unta, bagaimana ia diciptakan?
"Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
"Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan?
"Dan juga bumi, bagaimana ia dikembangkan?
"Maka dari itu berikanlah peringatan, karena engkau itu hanyalah seorang yang bertugas
memberi peringatan." (al-Ghasyiyah: 17-21)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Apakah mereka tidak hendak berjalan di muka bumi, lalu melihat - memperhatikan -
bagaimana akibat orang-orang yang belum mereka? Allah telah membinasakan mereka itu dan keadaan
yang seperti itu pula untuk orang-orang kafir?" (Muhammad: 10)
Ayat-ayat mengenai bab ini amat banyak sekali. Setengah dari Hadis-hadis yang
berhubungan dengan bab ini ialah Hadis di muka, yaitu:
"Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya." Dan
seterusnya.
Adapun lengkapnya Hadis di atas ialah:
Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
66
"Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya
dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah
orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan
atas Allah - yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa
beramal shalih."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
67
Bab 10
Bersegera Kepada Kebaikan Dan Menganjurkan Kepada Orang
Yang Menuju Kebaikan Supaya Menghadapinya Dengan Sungguhsungguh
Tanpa Keragu-raguan
Allah Ta'ala berfirman:
"Maka berlomba-lombalah engkau sekalian untuk mengerja-kan berbagai kebaikan." (al-
Baqarah: 148)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan bersegeralah engkau sekalian menuju pada pengampunan dari Tuhanmu dan juga
memasuki syurga yang luasnya adalah seperti langit dan bumi, disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa." (ali-lmran: 133)
Adapun Hadis-hadisnya ialah:
87. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersegeralah engkau sekalian untuk melakukan amalan-amalan - yang bagus-bagus -
sebelum datangnya bermacam-macam fitnah yang diumpamakan sebagai potonganpotongan
dari malam yang gelap gulita." 10
Berpagi-pagi seseorang itu menjadi orang mu'min dan bersore-sore menjadi orang
kafir, ada lagi yang bersore-sore masih sebagai seorang mu'min, tetapi berpagi-pagi telah
menjadi seorang kafir. Orang itu menjual agamanya dengan harta dari keduniaan." (Riwayat
Muslim)
88. Kedua: Dari Abu Sirwa'ah (dengan kasrahnya sin yang muhmalah dan boleh pula
dengan difathahkannya), yaitu 'Uqbah bin al-Harits r.a., katanya: "Saya bersembahyang di
belakang Nabi s.a.w. di Madinah yakni shalat 'ashar. Kemudian setelah bersalam lalu berdiri
bergegas-gegas, terus melangkahi leher orang-orang banyak untuk menuju ke salah satu bilik
isterinya. Orang-orang banyak yang takut karena melihat bergegas-gegasnya beliau itu.
Selanjutnya Nabi s.a.w. keluar lagi menemui sahabat-sahabatnya itu lalu mengetahui bahwa
mereka itu benar-benar terheran-heran karena bergegas-gegasnya tadi. Beliau s.a.w. lalu
bersabda:
"Saya ingat pada sepotong emas yang ada di tempatku, maka saya tidak senang kalau
benda itu mengganggu fikiranku - untuk menghadap Allah Ta'ala. Oleh sebab itu saya
menyuruh supaya benda tadi dibagi-bagikan." (Riwayat Bukhari)
Dan disebutkan dalam riwayat Imam Bukhari yang lain demikian: "Saya
meninggalkan di rumah sepotong emas dari hasil sedekah, maka saya tidak senang kalau
sampai menginapkannya."
At-tibru, artinya ialah potongan-potongan emas atau perak.
10 Hadis ini memberikan suatu isyarat bahwa pada akhir zaman nanti akan banyak sekali terjadi berbagai
macam fitnah dan datang secara beruntun-runtun. Setiap satu macam fitnah telah lenyap, lalu disusul pula oleh
fitnah yang lainnya. Semoga kita dikaruniai keselamatan oleh Allah.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
68
89. Ketiga: Dari Jabir r.a., katanya: Ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w. pada
hari perang Uhud: "Bagaimanakah pendapat Tuan jikalau saya terbunuh, di manakah
tempatku?" Nabi s.a.w. bersabda:
"Dalam syurga."
Orang tersebut lalu melemparkan beberapa buah kurma yang masih di tangannya
kemudian berperang sehingga ia dibunuh - mati syahid." (Muttafaq 'alaih)
90. Keempat: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi
s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, sedekah manakah yang teragung pahalanya?" Beliau s.a.w.
bersabda:
"Yaitu jikalau engkau bersedekah, sedangkan engkau itu masih sihat dan sebenarnya
engkau kikir - merasa sayang mengeluarkan sedekah itu, karena takut menjadi fakir dan
engkau amat mengharap-harapkan untuk menjadi kaya. Tetapi janganlah engkau menundanunda
sehingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkongan lalu berkata: "Untuk si
Fulan itu, yang ini dan untuk si Fulan ini, yang itu, sedangkan orang yang engkau
maksudkan itu telah memiliki apa yang hendak kau berikan." (Muttafaq 'alaih)
Hulqum adalah jalan pernafasan sedang mari' adalah jalan makan dan minuman.
91. Kelima: Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil pedangnya pada
hari perang Uhud, kemudian bersabda: "Siapakah yang suka mengambil pedang ini
daripadaku?" Orang-orang sama mengacungkan tangannya masing-masing, yakni setiap
orang dari sahabat-sahabat itu berbuat demikian sambil berkata: "Saya, saya." Beliau berkata
lagi: "Siapakah yang dapat mengambilnya dengan menunaikan haknya?" Orang-orang
semuanya berdiam diri. Selanjutnya Abu Dujanah - namanya sendiri Simak bin Kharsah -
berkata: "Saya dapat mengambil pedang itu dengan menunaikan haknya." Pedang itu lalu
digunakan oleh Abu Dujanah untuk memenggal kepala-kepala kaum musyrikin." (Riwayat
Muslim)
92. Keenam: Dari Zubair bin 'adiy, katanya: "Kita semua mendatangi Anas bin Malik
r.a., kemudian kita mengadukan padanya perihal apa yang kita temui dari perlakuan Hajjaj -
seorang panglima dari dinasti Bani Umayyah dan ia adalah seorang zalim, lalu Anas berkata:
"Bersabarlah engkau sekalian, sebab sesungguhnya saja tidaklah datang sesuatu zaman
melainkan apa yang sesudahnya itu tentu lebih buruk daripada zaman itu sendiri, demikian
itu sehingga engkau sekalian menemui Tuhanmu. Ucapan semacam ini pernah saya dengar
dari Nabimu sekalian s.a.w. (Riwayat Bukhari)
93. Ketujuh: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersegeralah engkau sekalian melakukan amalan-amalan -yang baik - sebelum
datangnya tujuh macam perkara. Apakah engkau sekalian menantikan - enggan melakukan
dulu, melainkan setelah tibanya kefakiran yang melalaikan, atau tibanya kekayaan yang
menyebabkan kecurangan, atau tibanya kesakitan yang merusakkan, atau tibanya usia tua
yang menyebabkan ucapan-ucapan yang tidak keruan lagi, atau tibanya kematian yang
mempercepatkan - lenyapnya segala hal, atau tibanya Dajjal, maka ia adalah seburuk-buruk
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
69
makhluk ghaib yang ditunggu, atau tibanya hari kiamat, maka hari kiamat itu adalah lebih
besar bencananya serta lebih pahit penanggunggannya."
Diriwayatkan oleh ImamTermidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
94. Kedelapan: Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda
pada hari perang Khaibar:
"Niscayalah bendera ini akan kuberikan kepada seseorang leiaki yang mencintai Allah
dan RasulNya, Allah akan membebaskan - beberapa benteng musuh - atas kedua tangannya."
Umar r.a. berkata: "Saya tidak menginginkan keimarahan -kepemimpinan di medan
perang - melainkan pada hari itu belaka kemudian saya bersikap untuk menonjolkan diri
pada Nabi s.a.w. dengan harapan agar saya dipanggil untuk memegang bendera itu.
Tiba-tiba Rasulullah s.a.w. memanggil Ali bin Abu Thalib r.a., lalu memberikan
bendera tadi padanya dan beliau s.a.w. bersabda:
"Berjalanlah dan jangan menoleh-noleh lagi sehingga Allah akan membebaskan -
benteng-benteng musuh - atasmu."
Ali berjalan beberapa langkah kemudian berhenti dan tidak menoleh, kemudian
berteriak:
"Ya Rasulullah, atas dasar apakah saya akan memerangi para manusia?" Rasulullah
s.a.w. menjawab:
"Perangilah mereka sehingga mereka suka menyaksikan bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah. Apabila orang itu telah
berbuat demikian, maka tercegahlah mereka itu daripadamu, baik darah dan harta mereka,
melainkan dengan haknya, sedang hisab mereka itu adalah tergantung pada Allah."
(Riwayat Muslim)
Fatasaawartu, dengan sin muhmalah (yakni sin tak bertitik dan bukan syin yang
bertitik tiga di atas), artinya: "Saya melompat ke muka untuk menampakkan diri."
Keterangan:
Maksud dari Hadis di atas itu ialah bahwa yang diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w.
kepada Sayidina Ali r.a. dan seluruh pasukannya ialah memerangi manusia-manusia
musyrik yakni yang menyembah selain Allah atau yang tidak mempercayai adanya Allah
serta keesaanNya dan tidak pula mempercayai tentang diutusnya Nabi Muhammad s.a.w.
Tetapi apabila mereka suka mengikuti seruan agama Islam yang benar, samasekali tidak
boleh diganggu, baik keselamatan jtwa ataupun harta mereka.
Namun demikian, manakala hak atau ketentuan agama Islam menghendaki, boleh saja
seseorang itu dibunuh,seperti orang yang sengaja membunuh orang lain. Jadi sekalipun
sudah masuk Islam wajib pula dibunuh sebagai qishash atau balasan pembunuhannya.
Demikian pula seperti dipotong tangan karena mencuri yang sudah mencapai batas untuk
bolehnya dipotong ataupun diberi hukuman pukul (didera) serta dirajam, menurut
ketentuannya sendiri-sendiri, jika melakukan perzinaan dan lain-lain lagi. Inilah yang
dimaksudkan dengan sabda Nabi s.a.w.
"Kecuali dengan haknya."
Mengenai hisab atau perhitungan amal perbuatan mereka adalah menjadi urusan
Allah Ta'ala sendiri.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
70
Perlu dimaklumi bahwa golongan Ahlulkitab yakni kaum yang beragama Nasrani
atau Yahudi, tidak boleh secara langsung diperangi. Mereka diperbolehkan memilih salah
satu di antara dua hal yakni membayar pajak. Ini adalah pilihan yang pertama. Jika mereka
suka melaksanakan itu, merekapun wajib dilindungi keselamatan diri dan hartanya. Tetapi
jikalau enggan, maka pilihan kedua boleh dilaksanakan, yaitu boleh diperangi.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
71
Bab 11
Bersungguh-sungguh
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang berjihad dalam membela agama Kami, maka pasti akan Kami
tunjukkan mereka itu akan jalan Kami dan sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang berbuat
kebagusan." (al-Ankabut: 69)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan sembahlah Tuhanmu sehingga datanglah keyakinan - kematian - itu padamu." (al-Hijr:
99)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan ingatlah akan nama Tuhanmu serta beribadatlah kepada-Nya dengan sepenuh hati,"
yakni hentikanlah segala pemikiran, untuk semata-mata menghadap kepadaNya." (al-Muzzammil: 8)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, iapun pasti akan
mengetahuinya." (az-Zalzalah: 7)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Dan apa saja - perbuatan baik - yang engkau sekalian berikan untuk dirimu sendiri, nanti
pasti akan engkau sekalian dapati di sisi Allah, keadaannya adalah lebih baik dan lebih besar pahalanya
dan mohonlah pengampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi
Penyayang." (al-Muzzammil: 20)
Lagi firman Allah Ta'ala:
"Dan apa saja kebaikan yang engkau sekalian kerjakan, maka sesungguhnya Allah itu Maha
Mengetahui." (al-Baqarah: 215)
Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya
ialah:
95. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadis qudsi : "Barangsiapa memusuhi
kekasihKu, maka Aku memberitahu-kan padanya bahwa ia akan Kuperangi - Kumusuhi.
Dan tidaklah seseorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat
Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Dan
tidaklah seseorang hambaKu itu mendekatkan padaKu dan melakukan hal-hal yang sunnah
sehingga akhirnya Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, Akulah yang
sebagai telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, Akulah matanya yang ia gunakan
untuk melihat, Akulah tangannya yang ia gunakan untuk mengambil dan Akulah kakinya
yang ia gunakan untuk berjalan. Andaikata ia meminta sesuatu padaKu, pastilah Kuberi dan
andaikata memohonkan perlindungan padaKu, pastilah Kulindungi." (Riwayat Bukhari)
Makna lafaz Aadzantuhu, artinya: "Aku (Tuhan) memberitahu-kan kepadanya (yakni
orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahwa Aku memerangi atau memusuhinya, sedang
lafaz Ista'aadzanii, artinya "Ia memohonkan perlindungan padaKu. Ada yang meriwayatkan
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
72
dengan ba', lalu berbunyi Ista'aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu
berbunyi Ista'aadzanii.
Keterangan:
Yang perlu kita resapkan dalam Hadis ini ialah:
(a) Di atas itu, Hadis Qudsi namanya.
(b) Kekasih Allah ialah orang yang amat taqwa kepadaNya dan orang yang
memusuhi kekasih Allah ini pasti akan rusak binasa sebab dimusuhi oleh Allah.
(c) Jadi bila hendak mendekat pada Allah, lebih dulu penuhilah kewajiban-kewajiban
yang telah dipikulkan oleh Allah pada kita itu,
(d) Maka kalau orang itu sudah benar-benar dekat pada Allah semua
pendengarannya, penglihatannya,pengambilannya dan perjalanannya selalu diberi petunjuk
oleh Allah sehingga cahaya Tuhan selalu ada di kanan kirinya.
96. Kedua: Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w. dalam sesuatu yang diriwayatkan dari
Tuhannya 'Azzawajalla, firmanNya - ini juga Hadis Qudsi :
"Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat
padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya
sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya
dengan bergegas-gegas." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Hadis yang tercantum di atas itu adalah sebagai perumpamaan belaka, baik bagi Allah
atau bagi hambaNya. Jadi maksudnya ialah barangsiapa yang mengerjakan ketaatan kepada
Allah sekalipun sedikit, maka Allah akan menerima serta memperlipat-gandakan pahalanya,
juga pelakunya itu diberi kemuliaan olehNya selama di dunia sampai di akhirat. Makin besar
dan banyak ketaalannya, makin pula besar dan bertambah-tambah pahalanya. Manakala cara
melakukan ketaatan itu dengan perlahan-lahan, Allah bukannya memperlahan atau
memperlambatkan pahalanya, tetapi bahkan dengan segera dinilai pahalanya itu dengan
penilaian yang luarbiasa tingginya.
Demikianlah tujuan dan makna yang tersirat dalam isi Hadis tersebut. Wallahu A'lam
bish-shawaab.
97. Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada dua macam kenikmatan yang keduanya itu disia-siakan oleh sebagian besar
manusia yaitu kesihatan dan kelapangan waktu." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Lafaz Maghbuun dalam Hadis di atas itu, asalnya dari kata Zhaban, yaitu membeli
sesuatu dengan harga yang melebihi batas dari harga yang semestinya dan berlipat-lipat dari
yang seharusnya dibayarkan, jadi yang sepatutnya dibeli seratus rupiah, tiba-tiba dibeli
dengan harga seribu rupiah. Juga Ghaban itu dapat berarti menjual sesuatu dengan harga
yang terlampau sangat rendahnya, misalnya sesuatu itu dapat dijual dengan harga
limapuluh rupiah, tetapi hanya dijual dengan harga lima rupiah saja.
Orang mukallaf yakni manusia yang sudah baligh lagi berakal oleh Rasulullah s.a.w.
diumpamakan sebagai seorang pedagang. Kesihatan tubuh dan kelapangan waktu yakni
waktu tidak ada pekerjaan apa-apa yang diumpamakan sebagai pokok harta atau kapital
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
73
untuk berdagang itu, sedang ketaatan kepada Allah Ta'ala sebagai benda-benda yang
diperdagangkan.
Namun demikian sebagian besar ummat manusia tidak mengerti betapa pentingnya
memiliki dua macam kapital dan bingung untuk memilih apa yang hendak diperdagangkan
itu, padahal sudah jelas pokok kapitalnya ialah kesihatan dan kelapangan waktu dan yang
semestinya dikejar untuk mendapatkan keuntungan ialah membeli dagangan yang akan
dapat memberi keuntungan sebanyak-banyaknya. Bukankah ketaatan kepada Allah itu akan
menguntungkan sekali, baik di dunia atau di akhirat. Bukankah itu pula yang menyebabkan
akan dapat memperoleh laba yang besar sekali di sisi Allah dan yang menjurus ke arah
mendapat kebahagiaan. Tetapi semua itu disia-siakan oleh sebagian besar ummat manusia
sewaktu mereka hidup di dunia ini.
Baharu orang itu mengerti besarnya kenikmatan sihat dan lapang waktu itu,apabila
telah sakit dan banyak kesibukan, sehingga banyak kewajiban-kewajiban terhadap agama
menjadi kocar-kacir dan terbengkalai atau samasekali ditinggalkan. Semoga kita semua
dilindungi oleh Allah dari hal-hal yang sedemikian itu.
98. Keempat: Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri
untuk beribadat dari sebagian waktu malam sehingga pecah-pecahlah kedua tapak kakinya.
Saya (Aisyah) lalu berkata padanya: "Mengapa Tuan berbuat demikian, ya Rasulullah,
sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan yang
kemudian?"
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Adakah aku tidak senang untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?"
(Muttafaq 'alaih)
Ini adalah menurut lafaz Bukhari dan yang seperti itu terdapat pula dalam kedua kitab
shahih - Bukhari dan Muslim - dari riwayat Mughirah bin Syu'bah.
Keterangan:
Dalam mengulas apa yang dikatakan oleh Sayidah Aisyah radhiallahu 'anha bahwa
Rasuiullah s.a.w. itu sudah diampuni semua dosanya oleh Allah, baik yang dilakukan dahulu
atau belakangan, maka al-lmam Ibnu Abi Jamrah r.a. memberikan uraiannya sebagai berikut:
"Sebenarnya tiada seorangpun yang dalam hatinya terlintas suatu persangkaan bahwa
dosa-dosa yang diberitahukan oleh Allah Ta'ala yang telah diampuni yakni mengenai diri
Nabi s.a.w. itu adalah dosa yang kita maklumi dan yang biasa kita jalankan ini, baik yang
dengan sengaja atau cara apapun. Itu sama sekali tidak, sebab Rasulullah s.a.w., juga semua
nabiullah 'alaihimus shalatu wassalam itu adalah terpelihara dan terjaga dari semua
kemaksiatan dan dengan sendirinya tidak ada dosanya samasekali (ma'shum minadzdzunub).
Semoga kita semua dilindungi oleh Allah dari memiliki persangkaan yang jelas
salahnya sebagaimana di atas.
Jadi tujuannya hanyalah sebagai mempertunjukkan kepada seluruh ummat, betapa
besarnya kewajiban setiap manusia, yang di dalamnya termasuk pula Nabi Muhammad s.a.w.
untuk memaha agungkan, memaha besarkan kepadaNya serta senantiasa mensyukuri
kenikmatan-kenikmatanNya. Oleh sebab apa yang dilakukan oleh manusia, bagaimanapun
juga besar dan tingginya nilai apa yang diamalkannya itu, masih belum memadai sekiranya
dibandingkan dengan kenikmatan yang dilimpahkan oleh Nya kepada manusia tersebut.
Maka dari itu hak-hak Allah yang wajib kita penuhi sebagai imbalan karuniaNya itu, masih
belum sesuai dengan amalan baik yang kita lakukan, sekalipun dalam anggapan kita sudah
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
74
amat banyak sekali. Jadi lemahlah kita untuk mengimbanginya dan itulah sebabnya, maka
memerlukan adanya pengampunan sekalipun tiada dosa yang dilakukan sebagaimana
halnya Rasulullah Muhammad serta sekalian para nabiNya 'alaihimus shalatu wassalam itu."
99. Kelima: Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga bahwasanya ia berkata: "Rasulullah
itu apabila masuk hari sepuluh, maka ia menghidup-hidupkan malamnya dan
membangunkan isterinya dan bersungguh-sungguh serta mengeraskan ikat pinggangnya."
Yang dimaksudkan ialah:
Hari sepuluh artinya sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan - jadi antara
tanggal 21 Ramadhan sampai habisnya bulan itu. Mi'zar atau izar dikeraskan ikatannya
maksudnya sebagai sindiran menyendiri dari kaum wanita - yakni tidak berkumpul dengan
isteri-isterinya, ada pula yang memberi pengertian bahwa maksudnya itu ialah amat giat
untuk beribadat. Dikatakan: Saya rnengeraskan ikat pinggangku untuk perkara ini, artinya:
Saya bersungguh-sungguh melakukannya dan menghabiskan segala Waktu untuk
merampungkannya.
100. Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Orang mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada
orang mu'min yang lemah. Namun keduanya itupun sama memperoleh kebaikan.
Berlombalah untuk memperoleh apa saja yang memberikan kemanfaatan padamu dan
mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah merasa lemah. Jikalau engkau terkena
oleh sesuatu mushibah, maka janganlah engkau berkata: "Andaikata saya mengerjakan begini,
tentu akan menjadi begini dan begitu." Tetapi berkatalah: "Ini adalah takdir Allah dan apa
saja yang dikehendaki olehNya tentu Dia melaksanakannya," sebab sesungguhnya ucapan
"andaikata" itu membuka pintu godaan syaitan." (Riwayat Muslim)
101. Ketujuh: Dan" Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya RasuluHah s.a.w. bersabda:
"Ditutupilah neraka dengan berbagai kesyahwatan - keinginan -dan ditutupilah
syurga itu dengan berbagai hal yang tidak disenangi." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat, dari Muslim disebutkan dengan mengjunakan kata huffat
sebagai ganti kata hujibat, sedang artinya adalah sama, yaitu bahwa antara seseorang dengan
neraka (atau syurga) itu ada tabirnya, maka jikalau tabir ini dilakukannya, tentulah ia masuk
ke dalamnya.
102. Kedelapan: Dari Abu Abdillah, yaitu Hudzaifah bin al-Yaman al-Anshari yang
terkenal sebagai penyimpan rahasia Rasullah s.a.w., radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya
bersembahyang beserta Nabi s.a.w. pada suatu malam maka beliau membuka - dalam rakaat
pertama - dengan surat al-Baqarah. Saya berkata: "Beliau ruku' pada ayat keseratus,
kemudian berlalulah." Saya berkata: "Beliau bersembahyang dengan bacaan tadi itu dalam
satu rakaat, kemudian berlalu."
Selanjutnya saya berkata: "Beliau ruku' dengan bacaan di atas itu, kemudian membuka
- dalam rakaat kedua - dengan surat an-Nisa'lalu membacanya,kemudian membuka lagi -
sebagai lanjutan-nya - surat ali Imran, kemudian membacanya.
Beliau s.a.w. membacanya itu dengan rapi sekali -tidak tergesa-gesa - jikalau melalui
ayat yang di dalamnya mengandung pentasbihan - memahasucikan -beliaupun
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
75
mengucapkan tasbih,jikalau melalui ayat yang mengandung suatu permohonan, beliaupun
memohon, jikalau melalui ayat yang menyatakan berta'awwudz -mohon perlindungan
kepada Allah dari sesuatu yang tidak baik, beliaupun berta'awwudz - mohon perlindungan.
Kemudian beliau s.a.w. ruku' dan di situ beliau mengucapkan: Subhana rabbtal 'azhim.
Ruku'nya adalah seumpama saja dengan berdirinya - yakni perihal lamanya hampir
persamaan belaka -selanjutnya beliau mengucapkan: Sami'allahu iiman hamidah. Rabbana lakal
hamd," lalu berdiri dengan berdiri yang lama mendekati ruku'nya tadi. Seterusnya beliau
bersujud lalu mengucapkan: Subhana rabbial a'la, maka sujudnya itu mendekati pula akan
berdirinya - tentang lama waktunya." (Riwayat Muslim)
103. Kesembilan: Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya bersembahyang beserta
Rasulullah s.a.w. pada suatu malam, maka beliau memperpanjangkan berdirinya, sehingga
saya bersengaja untuk melakukan sesuatu yang tidak baik."
Ia ditanya: "Dan apakah hal yang tidak baik yang engkau sengajakan itu?"
Ibnu Mas'ud r.a. menjawab: "Saya bersengaja hendak duduk saja dan meninggalkan
beliau - tidak terus berma'mum padanya." (Muttafaq 'alaih)
104. Kesepuluh: Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya:
"Mengikuti kepada seseorang mayit itu tiga hal, yaitu keluarganya, hartanya serta
amalnya. Kemudian kembalilah yang dua macam dan tertinggallah yang satu. Kembalilah
keluarga serta hartanya dan tertinggallah amalnya." (Muttafaq 'alaih)
105. Kesebelas: Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Syurga itu
lebih dekat pada seseorang di antara engkau sekalian daripada ikat terumpahnya,
nerakapun demikian pula." (Riwayat Bukhari)
Keterangan:
Maksud Hadis di atas itu ialah bahwa untuk mencapai syurga atau neraka itu mudah
sekali. Jika seseorang ingin mendapatkan syurga tentulah wajib mempunyai kesengajaan
yang benar, melakukan ketaatan dan kebaktian kepada Tuhan, melaksanakan semua
perintah dan menjauht semua laranganNya, tetapi jika ingin memasuki neraka - semoga kita
dilindungi Allah dari siksa neraka itu, tentulah dengan jalan mengikuti apa saja yang
menjadi kehendak hawanafsu, menuruti kemauan syaitan dan melakukan apa saja yang
berupa kemaksiatan dan kemungkaran.
106. Keduabelas: Dari Abu Firas yaitu Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami, pelayan
Rasulullah s.a.w. dan ia termasuk pula dalam golongan ahlussuffah - yakni kaum fakir
miskin - r.a. katanya: "Saya bermalam beserta Rasulullah s.a.w., kemudian saya
mendatangkan untuknya dengan air wudhu'nya serta hajatnya - maksudnya pakaian dan
lain-lain. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Memintalah padaku!" Saya berkata: "Saya
meminta kepada Tuan untuk menjadi kawan Tuan di dalam syurga." Beliau s.a.w. bersabda
lagi: "Apakah tidak ada yang selain itu?" Saya menjawab: "Sudah, itu sajalah." Beliau lalu
bersabda: "Kalau begitu tolonglah aku - untuk melaksanakan permintaanmu itu - dengan
memaksa dirimu sendiri untuk memperbanyak bersujud - maksudnya engkaupun harus pula
berusaha untuk terlaksananya permtntaan tersebut dengan jalan memperbanyak menyembah
Allah." (Riwayat Muslim)
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
76
107. Ketigabelas: Dari Abu Abdillah, juga dikatakan dengan nama Abu Abdir Rahman
yaitu Tsauban, hamba sahaya Rasulullah s.a.w. r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Hendaklah engkau memperbanyak bersujud, sebab sesungguhnya engkau tidaklah
bersujud kepada Allah sekali sujudan. melainkan dengannya itu Allah mengangkatmu
sederajat dan dengannya pula Allah menghapuskan satu kesalahan dari dirimu." (Riwayat
Muslim)
108. Keempatbelas: Dari Abu Shafwan yaitu Abdullah bin Busr al-Aslami r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang usianya dan baik kelakuannya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
109. Kelimabelas: Dari Anas r.a., katanya:
"Pamanku, yaitu Anas bin an-Nadhr r.a. tidak mengikuti peperangan Badar, kemudian
ia berkata: "Ya Rasulullah, saya tidak mengikuti pertama-tama peperangan yang Tuan
lakukan untuk memerangi kaum musyrikin. Jikalau Allah mempersaksikan saya -
menakdirkan saya ikut menyaksikan - dalam memerangi kaum musyrikin - pada waktu yang
akan datang, niscayalah Allah akan memperlihatkan apa yang akan saya perbuat.
Ketika pada hari peperangan Uhud, kaum Muslimin menderita kekalahan, lalu Anas -
bin an-Nadhr - itu berkata: "Ya Allah, saya mohon keuzuran - pengampunan - padaMu
daripada apa yang dilakukan oleh mereka itu - yang dimaksudkan ialah kawankawannya
karena meninggalkan tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh Nabi s.a.w. -
juga saya berlepas diri - maksudnya tidak ikut campurtangan - padaMu daripada apa yang
dilakukan oleh mereka - yang dimaksudkan ialah kaum musyrikin yang memerangi kaum
Muslimin.
Selanjutnya iapun majulah, lalu Sa'ad bin Mu'az menemuinya. Anas bin an-Nadhr
berkata: "Hai Sa'ad bin Mu'az, marilah menuju syurga. Demi Tuhan yang menguasai Ka'bah
(Baitullah), sesungguhnya saya dapat menemukan bau harum syurga itu dari tempat di
dekat Uhud."
Sa'ad berkata: "Saya sendiri tidak sanggup melakukan sebagaimana yang dilakukan
oleh Anas itu, ya Rasulullah."
Anas - yang merawikan Hadis ini yakni Anas bin Malik kemanakan Anas
bin an-Nadhr - berkata; "Maka kami dapat menemukan dalam tubuh Anas bin an-Nadhr
itu delapanpuluh buah lebih pukulan pedang ataupun tusukan tombak ataupun lemparan
panah. Kita menemukannya telah terbunuh dan kaum musyrikin telah pula mencabikcabiknya.
Oleh sebab itu seorangpun tidak dapat mengenalnya lagi, melainkan saudara
perempuannya saja, karena mengenal jari-jarinya."
Anas - perawi Hadis ini - berkata: "Kita sekalian mengira atau menyangka
bahwasanya ayat ini turun untuk menguraikan hal Anas bin an-Nadhr itu atau orang-orang
yang seperti dirinya, yaitu ayat -yang artinya:
"Di antara kaum mu'minin itu ada beberapa orang yang menempati apa yang dijanjikan
olehnya kepada Allah," sampai seterusnya ayat tersebut. (Muttafaq 'alaih)
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
77
Lafaz Layuriannallah, diriwayatkan dengan dhammahnya ya' dan kasrahnya ra',
artinya: Niscayalah Allah akan memperlihatkan yang sedemikian itu - apa-apa yang
dilakukannya - kepada orang banyak. Diriwayatkan pula dengan fathah keduanya - ya' dan
ra'nya -dan maknanya sudah jelas - yaitu: Niscayalah Allah akan melihat apa-apa yang
dilakukan olehnya. Jadi membacanya ialah: Layara-yannallah. Wallahu aiam.
Keterangan:
Anas bin an-Nadhr r.a. mengatakan kepada Rasulullah s.a.w. bahwa dalam
peperangan yang pertama yakni perang Badar tidak ikut, kemudian dalam peperangan
kedua, yakni perang Uhud ikut menyertai pasukan ummat Islam melawan kaum kafirin dan
musyrikin. Kemudian ia berkata di hadapan Rasulullah s.a.w. sebagai janjinya, andaikata ia
mengikuti, niscaya Allah akan menampakkan apa yang hendak dilakukan olehnya atau Allah
pasti mengetahui apa yang hendak diperbuatnya.
Ia mengatakan sebagaimana di atas itu setelah selesai perang Badar dan belum lagi
terjadi perang Uhud. Yang hendak diperbincangkan di sini ialah mengenai kata-kata Anas
tersebut berbunyi Maa ashna-'u, artinya: Apa-apa yang akan saya lakukan. Mengapa ia tidak
berkata saja: Aku akan bertempur mati-matian sampai titik darah yang penghabisan,
sebagaimana yang biasa dikatakan oleh orang-orang di zaman kita sekarang ini. Nah, inilah
yang perlu kita bahas sekedarnya.
Al-lmam al-Qurthubi dalam mengupas kata-kata Anas r.a. yaitu Maa ashna-'u itu
menjelaskan demikian:
Ucapan Sayidina Anas r.a., juga sekalian para sahabat Rasulullah s.a.w. selalu
mengandung makna yang dalam. Anas r.a. misalnya, dalam menyatakan janjinya akan
mengikuti peperangan bila nanti terjadi peperangan lagi dengan hanya mengatakan: Maa
ashna-'u, itu mempunyai kandungan bermacam-macam, umpamanya:
(a) Ia tidak memiliki sifat kesombongan dan ketakaburan dan oleh sebab itu tidak
mengatakan bahwa ia akan berjuang mati-matian sampai hilangnya jiwa yang dimilikinya
dan amat berharga itu. Orang yang sombong itu umumnya tidak menepati janji yang
diucapkan. Kadang-kadang baru melihat musuh sudah lari terbirit-birit atau sebelum
melihatnya saja sudah tidak tampak hidungnya.
(b) Anas r.a. sengaja memperkokohkan ucapannya sendiri dan benar-benar dipenuhi.
Diri dan jiwanya akan betul-betul dikurbankan untuk meluhurkan kalimat Allah yakni
agama Islam dengan jalan melawan musuh yang sengaja menyerbu negara dan hendak
melenyapkan agama yang diyakini kebenarannya itu.
(c) Ia hendak berusaha keras memenangkan peperangan dan mencurahkan segala
daya dan kekuatannya tanpa ada ketakutan sedikitpun akan tibanya ajal, sebab setiap
manusia pasti mengalami kematian, hanya jatannya yang berbeda-beda.
(d) Ia takut kalau-kalau apa yang hendak dilakukan nanti itu belum memadai apa
yang diucapkan, sebab mengingat bahwa segala gerakan hati dapat saja diubah-ubah
oleh Allah Ta'ala. Mungkin hari ini putih,tetapi besoknya sudah menjadi hitam. Itulah yang
dikuatirkan olehnya, sehingga semangatnya yang asalnya menyala-nyala, tiba-tiba
mengendur tanpa disadari.
Selanjutnya setelah terjadi perang Uhud ia menunjukkan perjuangan yang sebenarbenarnya,
sampai-sampai terciumlah olehnya bau-bauan dari syurga dan akhirnya ia gugur
sebagai pahlawan syahid fi-sabilillah. Untuk menegaskan janji Anas r.a. inilah Allah Ta'ala
berfirman dalam al-Quran:
Artinya:
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
78
"Di kalangan kaum mu'minin itu ada beberapa orang (seperti sahabat Anas) yang menepati
apa yang mereka janjikan kepada Allah dan sungguh-sungguh memenuhi janjinya itu. Diantara
mereka ada yang menemui ajalnya - sebagai pahlawan syahid - dan ada juga yang masih menantinantikan
- yakni ingin mendapatkan kematian syahid dan oleh sebab itu tidak mundur setapakpun
menghadapi musuh. Itulah orang-orang mu'min yang tidak berubah pendiriannya sedikitpun." (al-
Ahzab: 23)
110. Keenambelas: Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Anshari al-Badri r.a.,
katanya: "Ketika ayat sedekah turun, maka kita semua mengangkat sesuatu di atas
punggung-punggung kita -untuk memperoleh upah dari hasil mengangkatnya itu untuk
disedekahkan. Kemudian datanglah seseorang lalu bersedekah dengan sesuatu yang banyak
benar jumlahnya. Orang-orang sama berkata: "Orang itu adalah sengaja berpamer saja -
memperlihatkan amalannya kepada sesama manusia dan tidak karena Allah Ta'ala
melakukannya. Ada pula orang lain yang datang kemudian bersedekah dengan barang sesha'
- dari kurma. Orang-orang sama berkata: "Sebenarnya Allah pastilah tidak memerlukan
makanan sesha'nya orang ini." Selanjutnya turun pulalah ayat - yang artinya:
"Orang-orang yang mencela kaum mu'minin yang memberikan sedekah dengan
sukarela dan pula mencela orang-orang yang tidak mendapatkan melainkan menurut kadar
kekuatan dirinya," dan seterusnya ayat itu - yakni firmanNya: "Lalu mereka memperolokolokkan
mereka. Allah akan memperolok-olokkan para pencela itu dan mereka yang berbuat
sedemikian itu akan memperoleh siksa yang pedih." (at-Taubah: 79) (Muttafaq 'alaih)
Nuhamilu dengan dhammahnya nun dan menggunakan ha' muhmalah, artinya ialah
setiap orang dari kita sekalian mengangkat di atas punggung masing-masing dengan
memperoleh upah dan upah itulah yang disedekahkannya.
111. Ketujuhbelas: Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabi'ah bin Yazid dari Abu Idris al-
Khawlani dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah r.a. dari Nabi s.a.w., dalam sesuatu yang
diriwayatkan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala, bahwasanya Allah berfirman - ini adalah Hadis
Qudsi:
"Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan pada diriku sendiri akan
menganiaya dan menganiaya itu Kujadikan haram di antara engkau sekalian. Maka dari itu,
janganlah engkau sekalian saling menganiaya.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu tersesat, kecuali orang yang Kuberi
petunjuk. Maka itu mohonlah petunjuk padaKu, engkau semua tentu Kuberi petunjuk itu.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu lapar, kecuali orang yang Kuberi makan.
Maka mohonlah makan padaKu, engkau semua tentu Kuberi makanan itu.
Wahai hamba-hambaKu, engkau semua itu telanjang, kecuali orang yang Kuberi
pakaian. Maka mohonlah pakaian padaKu, engkau semua tentu Kuberi pakaian itu.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu berbuat kesalahan pada
malam dan siang hari dan Aku inilah yang mengampunkan segala dosa. Maka mohon
ampunlah padaKu, pasti engkau semua Kuampuni.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya engkau semua itu tidak dapat membahayakan
Aku. Maka andaikata dapat, tentu engkau semua akan membahayakan Aku. Lagi pula
engkau semua itu tidak dapat memberikan kemanfaatan padaKu. Maka andaikata dapat,
tentu engkau semua akan memberikan kemanfaatan itu padaKu.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
79
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga yang
paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama bersatu padu
seperti hati seseorang yang paling taqwa dari antara engkau semua, hal itu tidak akan
menambah keagungan sedikitpun pada kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga yang
paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama bersatu padu
seperti hati seseorang yang paling curang dari antara engkau semua, hal itu tidak akan dapat
mengurangi keagungan sedikitpun pada kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaKu, andaikata orang yang paling mula-mula - awal - hingga yang
paling akhir, juga semua golongan manusia dan semua golongan jin, sama berdiri di suatu
tempat yang tinggi di atas bumi, lalu tiap seseorang memintasesuatu padaKu dan tiap-tiap
satu Kuberi menurut permintaannya masing-masing, hal itu tidak akan mengurangi apa
yang menjadi milikKu, melainkan hanya seperti jarum bila dimasukkan ke dalam laut - jadi
berkurangnya hanyalah seperti air yang melekat pada jarum tadi.
Wahai hamba-hambaKu, hanyasanya semua itu adalah amalan-amalanmu sendiri.
Aku menghitungnya bagimu lalu Aku memberikan balasannya. Maka barangsiapa
mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji kepada Allah dan barangsiapa yang
mendapatkan selain itu, hendaklah jangan menyesali kecuali pada dirinya sendiri."
Said berkata: "Abu Idris itu apabila menceriterakan Hadis ini, ia duduk di atas kedua
lututnya." (Riwayat Muslim)
Kami juga meriwayatkannya dari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan ia
berkata: "Tidak sebuahpun Hadis bagi ahli Syam yang lebih mulia dari Hadis ini."
Keterangan:
Hadis yang diriwayatkan oleh Nabi s.a.w. dan berasal dari Allah semacam Hadis di
atas ini juga Hadis no. 11 dan no. 95 disebut Hadis Qudsi (suci). Bedanya dengan al-Quran
ialah kalau al-Quran merupakan mu'jizat sedang Hadis Qudsi tidak. Lagi pula hanya melulu
membaca saja pada al-Quran itu sudah merupakan ibadat. Yang penting kita perhatikan ialah:
(a) Menganiaya itu adalah benar-benar besar dosanya dan doanya orang yang
dianiaya itu tidak akan ditolak oleh Allah yakni pasti dikabulkan sebagaimana sabda Nabi
s.a.w.:
"Takutlah pada doanya orang yang dianiaya, sekalipun ia itu kaf'ir karena sesungguhnya saja
tidak ada tabir yang menutup antara doa orang itu dengan Allah."
(b) Semua dosa itu dapat diampuni oleh Allah asal kita mohon ampun serta bertaubat
kecuali syirik (menyekutukan Allah), sebagaimana dalam al-Quran disebutkan:
"Sesungguhnya Allah tidak suka mengampuni katau Dia disekutukan dengan lainNya dan Dia
suka mengampuni yang selain itu pada orang yang dikehendaki olehNya."
(c) Kalau kita taat pada Allah, melakukan semua perintahNya, ini bukan berarti
bahwa Allah butuh kita taati. Kita taat atau tidak bagi Allah tetap saja. Maka bukannya kalau
kita taat, Allah tambah mulia atau kalau kita ingkar lalu Allah kurang kemuliaanNya. Itu
tidak sama sekali. Hanya saja Allah menyediakan tempat kesenangan (syurga) bagi orang
yang taat dan tempat siksa (neraka) bagi orang yang ingkar.
(d) Orang yang amat taqwa yang dimaksudkan dalam Hadis ini ialah Nabi
Muhammad s.a.w. dan yang paling curang itu ialah syaitan (setan) sebab syaitan itu
dahulunya bernama Izazil dan termasuk dalam golongan jin.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
80
(e) Begitu banyaknya air laut, kalau isinya hanya dikurangi oleh jarum yang melekat
di situ, maka kekurangan itu tidak berarti samasekali. Begitulah perumpamaannya
andaikata Allah mengabulkan semua permohonan makhlukNya.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
81
Bab 12
Menganjurkan Untuk Menambah-nambah Kebaikan Pada
Akhir-akhir Umur
Allah Ta'ala berfirman:
"Bukankah Kami telah memberikan umur yang cukup kepadamu semua. Dalam masa itu orang
yang mau mengerti dapatlah mengambil pengertian dan orang yang memberikan peringatanpun telah
datang padamu semua." (Fathir: 37)
Ibnu Abbas serta para muhaqqiq - ahli penyelidik agama -mengatakan bahwa artinya
umur cukup itu ialah: Bukankah Kami telah memberikan padamu semua umur sampai
enampuluh tahun. Penegasan ini dikuatkan pula oleh Hadis yang akan kami sebutkan di
belakang Insya Allah. Diterangkan pula oleh ulama-ulama yang lain bahwa maknanya itu
ialah delapanbelas tahun. Ada pula yang mengatakan empatpuluh tahun. Keterangan ini
diucapkan oleh Al-hasan, Alkalbi dan Masruq, juga dikutip dari keterangan Ibnu Abbas yang
lain. Mereka itu mengutip pula bahwa para ahli Madinah, apabila seseorang dari mereka itu
telah mencapai umur empat puluh tahun, maka selalulah ia menghabiskan waktunya untuk
beribadat.
Ada pula yang mengatakan bahwa umur cukup itu artinya ialah jikalau telah baligh.
Adapun firman Allah Ta'ala yang artinya: "Telah pula datang padamu semua seorang
yang bertugas memberikan peringatan." Ibnu Abbas dan Jumhur ulama mengatakan bahwa
yang dimaksud itu ialah Nabi s.a.w. Ada lagi yang menerangkan bahwa maksudnya itu ialah
adanya uban. Ini diucapkan oleh 'Ikrimah, Ibnu 'Uyainah dan lain-lainnya.
Wallahu a'lam.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:
112. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Allah tetap menerima uzur - alasan - seseorang yang diakhirkan ajalnya, sehingga ia
berumur enampuluh tahun." (Riwayat Bukhari)
Para ulama berkata bahwa maknanya itu ialah Allah tidak akan membiarkan-tidak
menerima-uzur seseorang yang sudah berumur enampuluh tahun itu, sebab telah
dilambatkan oleh Allah sampai masa yang setua itu.
Dikatakan: Azarar rajulu: apabila ia sangat banyak mengemukakan keuzurannya.
113. Kedua: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Umar r.a. memasukkan
diriku 11 dalam barisan sahabat-sahabat tua yang pernah mengikuti perang Badar. Maka
sebagian orang-orang tua itu seolah-olah ada yang merasakan tidak enak dalam jiwanya, lalu
berkata: "Mengapa orang ini masuk beserta kita,sedangkan kita mempunyai anak-anak yang
11 Maksudnya memasukkan diriku (yakni Ibnu Abbas) di kalangan golongan orang-orang yang sudah tua-tua
yang pernah mengikuti peperangan Badar dahulu, untuk diajak bermusyawwarat atau memecahkan persoalanpersoalan
yang penting. Padahal Ibnu Abbas (namanya sendiri Abdullah) adalah seorang pemuda. Oleh sebab
itu di