Jumat, 29 Agustus 2014

Ustadz Abdul Hamid (Ust.Pledek) - Jangan Berbangga dengan Harta


Kita paling tidak bisa lepas dari sifat yang satu ini. Jika memiliki harta berlebih, handphone yang smart, yang terlihat mentereng dan mahal, pasti ingin sekali dipamer-pamerkan. Selalu berbangga dengan harta dan perhiasan dunia, itulah jadi watak sebagian kita.

Semoga Allah memberikan taufik pada kita untuk merenungkan surat berikut ini.
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (1) sampai kamu masuk ke dalam kubur. (2) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), (3) dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (4) Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (5) niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, (6) dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. (7) kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (8).” (QS. At Takatsur: 1-8)

Saling Berbangga dengan Anak dan Harta
Inilah watak manusia saling berbangga dengan keturunan dan harta. Lihatlah bagaimana jika kita memiliki anak yang pintar, pasti akan dibanggakan. Begitu pula ketika kita memiliki harta mewah, sama halnya dengan hal tadi.
Ibnu Jarir menyebutkan tafsiran ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” dari Qotadah. Maksud ayat tersebut adalah seperti menyatakan, “Kami lebih banyak dari keturunan si fulan, atau keturunan A lebih unggul dari keturunan B. Kebanggaan itu semua melalaikan hingga mereka mati dalam keadaan sesat.” (Tafsir Ath Thobari, 24: 598-599)
Yang dimaksud berbangga di sini adalah dalam harta sebagaimana tafsiran sebagian ulama. (Lihat Tafsir Ath Thobari, 24: 599)
Ibnu Katsir berkata, “Kecintaan terhadap dunia, kenikmatan dan perhiasannya telah melalaikan kalian dari mencari akhirat. Hal itu pun berlanjut dan baru berhenti ketika datang maut dan ketika berada di alam kubur saat kalian menjadi penghuni alam tersebut.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)
Al Hasan Al Bashri berkata mengenai ayat di atas, “Berbangga-bangga dengan anak dan harta benar-benar telah melalaikan kalian dari ketaatan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)

Harta dan Kebanggaan akan Sirna
Berbangga-bangga seperti di atas sehingga membuat lalai dari ketaatan baru berhenti ketika seseorang masuk ke alam kubur.
Dari Qotadah, dari Muthorrif, dari ayahnya, ia berkata, “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” (sungguh berbangga-bangga telah melalaikan kalian dari ketaatan), lantas beliau bersabda,
يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِى مَالِى - قَالَ - وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ
Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim no. 2958)

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِى مَالِى إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ
Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim no. 2959)

Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
Yang akan mengiringi mayit (hingga ke kubur) ada tiga. Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” (HR. Bukhari no. 6514 dan Muslim no. 2960)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَبْقَى مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ وَالأَمَلُ
“Jika manusia berada di usia senja, ada dua hal yang tersisa baginya: sifat tamak dan banyak angan-angan.” (HR. Ahmad, 3: 115. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Al Hafizh Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq menyebutkan biografi Al Ahnaf bin Qois –nama yang biasa kita kenal adalah Adh Dhohak-, bahwasanya beliau melihat dirham di genggaman tangan seseorang. Lantas Al Ahnaf bertanya, “Dirham ini milik siapa?” “Milik saya”, jawabnya. Al Ahnaf berkata, “Harta tersebut jadi milikmu jika engkau menginfakkannya untuk mengharap pahala atau dalam rangka bersyukur.” Kemudian Al Ahnaf berkata seperti perkataan penyair,
أنتَ للمال إذا أمسكتَه ... فإذا أنفقتَه فالمالُ لَكْ ...
Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut,
Namun jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah jadi milikmu. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 443)
Kenapa dikatakan harta yang disedekahkan atau disalurkan sebagai nafkah itulah yang jadi milik kita? Jawabnya, karena harta seperti inilah yang akan kita nikmati sebagai pahala di akhirat kelak. Sedangkan harta yang kita gunakan selain tujuan itu, hanyalah akan sirna dan tidak bermanfaat di akhirat kelak.

Sekali-kali Lihatlah Orang di Bawahmu
Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
أَمَرَنِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ أَمَرَنِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِي أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي وَلَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي
Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): (1) Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. ...” (HR. Ahmad, 5: 159. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963)

Al Ghozali –rahimahullah- mengatakan, “Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya: ‘Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah[?]’ Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.” (Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573)

Mengapa Mesti Berbangga-bangga?
Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta hanyalah titipan.
Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta yang bermanfaat jika digunakan dalam kebaikan.
Semua yang digunakan selain untuk jalan kebaikan, tentu akan sirna dan sia-sia.
Seharusnya yang kita banggakan adalah bagaimana keimanan kita, bagaimana ketakwaan kita di sisi Allah, bagaimana kita bisa amanat dalam menggunakan harta titipan ilahi.
Al Qurthubi pernah menerangkan mengenai ayat berikut ini,
آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7).

Beliau berkata, “Hal ini menunjukkan bahwa harta kalian bukanlah miliki kalian pada hakikatnya. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil atau pengganti dari pemilik harta tersebut yang sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk memanfaatkan harta tersebut di jalan yang benar sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada orang-orang setelah kalian. ”
Lantas Al Qurtubhi menutup penjelasan ayat tersebut, “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan  yang besar yaitu SURGA.” (Tafsir Al Qurthubi, 17/238)

Raihlah surga Allah, raihlah jannah-Nya. Itulah yang mesti kita cari dan kita kejar.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikanSesungguhnya kepada Allah-lah tempat kalian semua kembali.” (QS. Al Ma’idah: 48)
Al Hasan Al Bashri mengatakan,
إذا رأيت الرجل ينافسك في الدنيا فنافسه في الآخرة
Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.
Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat sombong dan membanggakan diri dalam hal harta dan dunia. Karuniakanlah pada kami sifat qona’ah, selalu merasa berkecukupan.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf –menjauhkan diri dari hal haram- dan sifat ghina –hidup berkecukupan-) (HR. Muslim no. 2721)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Referensi:
  1. Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah.
  2. Tafsir Al Qurthubi (Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an), Muhammad bin Ahmad Al Anshori, terbitan Dar Ihya At Turots, 1405 H.
  3. Tafsir Ath Thobari (Jaami’ Al Bayan li Ta’wili Ayyil Qur’an), Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thobari, terbitan Maktabah Hijr.

@ Waktu barokah saat Allah memberi taufik menorehkan faedah, Ummul Hamam, Riyadh

Ustadz Abdul Hamid - PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN



  1. PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN
TUGAS GURU

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.

Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.

Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.

Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional. 

Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya. 

Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :
  1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru.
     
  2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.
     
  3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.
PERAN GURU

WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.

Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
 
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.

Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
 

Ustadz Abdul Hamid (Ust.Pledek) - GENERASI MUDA MASA DEPAN

GENERASI MUDA MASA DEPAN

GENERASI MUDA MASA DEPAN
Generasi muda masa depan adalah generasi yang penuh semangat, cita-cita dan tanggung jawab, generasi muda masa depan adalah generasi muda yang menguasai IMTAQ DAN IMTEG, Generasi yang menguasai ilmu pengetahuan yang didasasri IMAN dan TAQWA merupakan generasi yang tinggi disisi allah SWT sebagaimana Firman Nya dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya : " Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan yang berilmu pengetahuan beberapa derajat "
Pribahasa mengatakan dengan Iman hidup akan terarah, dengan Taqwa hidup akan barakah, dengan seni hidup jadi indah, dan dengan ilmu hidup akan jadi mudah
kunci pencapaian dunia akhirat itu adalah ilmu, orang yang banyak ilmunya banyak yang bisa ia kerjakan dan sebaliknya orang yang sedikit ilmunya sedikit juga yang bisa ia kerjakan, jadi banyak atau sedikitnya pekerjaan yang bisa kita kerjakan dan kita kuasai sangat tergantung kepada ilmu , nabi sulaiman ketika disuruh pilih antara harta, tahta, dan ilmu….. nabi sulaiman menjatuhkan pilihannya kepada ilmu yang pada akhirnya berkat ia memilih ilmu... harta dan tahtapun diberikan oleh Allah SWT, Rasulullah Saw telah bersabda:
مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَادَ اْلآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
"siapa yang ingin duniya maka jawabannya adalah ilmu dan siapa yang menghendaki akhirat jawabannya adalah ilmu dan siapa yang menghendaki kedua-duanya jawabannya juga ilmu "
Penguasaan dunia akhirat oleh generasi muda sangat ditentukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan, Bungkarno Pernah berkata: أَعْطِنِى عَشْرَ الشَّبَابَ سَاُحَرِّكُ الدُّنْيَا "Berikan kepadaku 10 orang pemuda akan kugoncang dunia"
Dizaman era globalisasi dan keterbukaan ini fasilitas dan kebutuhan hidup manusia semakin canggih dan modern sehingga dengan itu manusia hidup lebih terasa mudah…. kalau ingin cari informasi yang up todate hanya tinggal browsing internet, klik tab lalu dapat informasi-informasi baru, kalau kangen sama saudara nu….n yang jauh disana hanya tinggal buka hp pencet 3G, kalau mau masak nasi hanya tinggal pakai jurus 3 langkah, ambil beras dan air, taro dalam MEGICOM pencet…cus… lalu masak.
Kalau ingin jadi selebritis dadakan masuk ke you tube dapat dilihat oleh semua orang lalu dipanggil kejakarta, tampil di TV lalu kaya raya, fakta sudah bicara banyak orang terkenal melalui youtube JUSTIN BIEBER, sinta & jojo, Bonang Paputungan, Udin sedunia, dan akhir-akhir ini BRIBTU NORMAN KAMARU dengan lagu cayya cayya …..
Namun yang sangat penting kita lihat hari ini adalah disamping timbulnya kemajuan, seiring dengan itu terjadilah kemunduran, maju dalam teknologi namun mundur dalam budi pekerti, dimana murid tidak patuh lagi pada guru, anak tidak nurut pada orang tua, bawahan tidak patuh sama atasan, yang besar tidak dihormati yang kecil tidak disayangi. Sehingga kadangkala keluar pameo anda sopan kamipun segan anda nakal kamipun brutal ucapan ini adalah menunjukan seorang yang berjiwa egois dan memiliki pribadi yang mau dihormati dan dilayani saja, pribadi yang hanya berjiwa memukul.. tetapi tidak merangkul, yang hanya mengejek… tetapi tidak mengajak, yang hanya mengedepankan emosi….. bukan memberikan solusi.
Kaummuslimin walmuslimat hadirin walhadirat rahimakumullah
Generasi muda masa depan adalah generasi yang menguasai imtaq dan imteg, imtaq musti lebih dahulu dikuasai daripada imteg, apalah artinya kepala berisi dengan ilmu pengetahuan sementara dadanya kosong dari iman, apalah artinya tamat dari pesantren tapi tidak membawa dan mengamalkan keilmuan pesantren, memang banyak santri yang berhasil setelah tamat dari pesantren dan tetapi tidak dipungkiri juga banyak santri setelah tamat pesantren tidak mengamalkan ilmu kepesantrenannya, janganlah bangga memiliki formalitas dan kuantitas akan tetapi banggalah punya kualitas yang disertai formalitas.
Kita sebagai generasi muda memiliki banyak potensi yang bisa kita kembangkan, banyak potensi yang bisa kita optimalkan untuk kebaikan dan kemajuan kita masa depan, sudah saatnya kita sebagai generasi muda untuk bangkit dari tidur dan menunjukkan kepada dunia bahwa kita pun mampu. Kita punya sesuatu yang berharga yang patut diperhitungkan. Kita pastikan bahwa kita bukan generasi sampah yang bisanya hanya menjadi beban orang tua dan beban lingkungan.
Kiranya sudah bukan saatnya lagi kita mudah tergoda dan terbujuk, bukan saatnya lagi kita tidak punya pendirian. Jangan sampai kita menyianyiakan masa muda ini yang kemudian menyesal dimasa tua, nabi kita telah bersabda:
شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ (Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu)
Kita harus punya prinsip dalam hidup, kita harus mandiri dan mampu membawa diri sehingga bukan kita yang menjadi korban jaman, bukan kita yang menjadi korban lingkungan. tetapi mari kita menjadi generasi yang justru berguna bagi lingkungan dan masyarakat.
خَيْرُ النَّاسِ يَنْفَعُ النَّاسَ (Sebaik-baik manusia adalah seorang manusia yang berguna bagi manusia lainnya)
Sebagai pelajaran dalam pembicaraan kita ini:
1. Kita sebagai generasi muda masa depan harus menjadikan IMTAQ sebagai pondasi dalam menguasai IMTEG artinya Generasi muda masa depan sebelum melangkah lebih jauh kepada penguasan ILMU DAN TEGNOLOGI terlebih dahulu ia harus menguasai dan mengaplikasikan IMAN dan TAQWA didalam kehidupannya
2. Kita sebagai genesari muda masa depan memilki banyak potensi yg bisa kita kembangkan dan optimalkan, mari kita isi potensi baik kita dengan ilmu pengetahuan yang membawa kepada nilai-nilai positif untuk membedung berkembangnya potensi buruk yang membawa kepada nilai-nilai negative yang pada akhirnya membuat generasi muda menjadi generasi sampah dan generasi beban bagi lingkungannya.
3. Bukan tambilang mangulampai * tambilang panggali pakuburan, bukan mambilang karano pandai * mambilang untuk kapangajaran
Nak daro bairiang-iriang * Manuju karumah marapulai
Nak duo pantun sairiang,elok ditambah lah ciek lai
Alif jo nun katando rafak * sukun jo hazaf katando mati
Salam partamu ambo tagak * salam kaduo ambo sudahi
باالله التوفيق و الهداية و الرضى و العناية
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Kamis, 28 Agustus 2014

Ustadz Abdul Hamid -BERBAKTI PADA ORANG TUA


BERBAKTI PADA ORANG TUA

Assalamu'alaikum wr. Wb.
Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil Alamiin, assholatu wassalamu ala syrofil anbiya’i wa imamil mursalin, sayyidina wamaulana muhammadin wa ala alihi wasohbihi aj’main. Amma Ba’du :

Yang pertama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Allah SWT. Karna sungguh tiada Tuhan selain Allah yang menguasai seluruh alam ini.
Rahmat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad yang tidak akan ada Nabi sesudahnya, dan Semoga kita sebagai pengikutnya mendapatkan syafaat di hari kiamat kelak. Amiin yaa Rabbal Alamiin.
Yang terhormat bapak dan ibu dewan juri, yang terhormat bapak dan ibu guru, dan yang saya banggakan rekan-rekan sekalian.

Setiap manusia sudah pasti memiliki orang tua. Tidak satupun manusia yang lahir tanpa orang tua. Kita pun menyadari bahwa orang tua berkuah keringat, siang dan malam banting tulang, memeras pikiran, sekuat tenaga memperjuangkan agar anaknya bisa hidup seperti layaknya anak-anak yang lain. Karena itu saat ini ijinkan saya untuk menyampaikan betapa penting berbakti kepada orang tua.

Rekan-rekan dan para hadirin yang saya banggakan.

Allah yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya dalam surah Al Isro ayat 23 yang Artinya :

23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.

Rekan-rekan dan para hadirin yang saya cintai.

Alangkah lebih baik jika kita memahami arti Penting dan Kedudukan Berbakti Pada Orang Tua. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal sholih yang mulia bahkan disebutkan berkali-kali dalam Al Quran tentang keutamaan berbakti pada orang tua. Alloh Ta’ala berfirman dalam surah An Nisa ayat 36 yang Artinya :

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.”.

Rekan-rekan dan para hadirin yang saya mulyakan.

Janganlah sekali-kali kita berbuat durhaka kepada orang tua. Ingatlah begitu dahsyatnya ancaman bagi siapapun yang durhaka kepada orang tua.Wahai saudaraku, Rasulullah menghubungkan kedurhakaan kepada kedua orang tua dengan berbuat syirik kepada Allah. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar ?” para sahabat menjawab, “Tentu.” Nabi bersabda, “(Yaitu) berbuat syirik, duraka kepada kedua orang tua.” (HR. Al Bukhori)

Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagai perbuatan durhaka, tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah tingkah sang anak. Ibnu ‘Umar menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari, Adabul Mufrod hlm 31. Lihat Silsilah Al Ahaadits Ash Shohihah karya Al Imam Al Albani, 2.898)

Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. Dalam ayat itu pula dijelaskan perintah untuk berbuat baik pada orang tua.

Sekarang kita ketahui bersama apa arti penting dan keutamaan berbakti pada orang tua. Kita ingat kembali, betapa sering kita membuat marah dan menangisnya orang tua? Betapa sering kita tidak melaksanakan perintahnya?. Bersegeralah kita meminta maaf pada keduanya apabila kita berbuat salah, Sungguh ridho Allah tergantung pada ridho kedua orangtua.

Rekan-rekan dan para hadirin yang saya cintai. Mungkin ini saja yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Akhiru kalam Summasalamualaikum, Wr.Wb

Ustadz Abdul Hamid (Ust.Pledek) - Pendidikan Anak dalam Islam




Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di dalam Islam. Di dalam Al-Quran kita dapati
bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah Luqman yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita temui banyak juga bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau mendidik anak secara langsung.

Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri islam.
Tentang perkara ini, Allah azza wa jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”
Untuk itu -tidak bisa tidak-, seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa tuntunan tersebut antara lain:
· Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48)
Oleh karena itu, di dalam Al-Quran pula Allah kisahkan nasehat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi,
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.(Luqman: 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas bercerita,
“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.
Perkara-perkara yang diajarkan oleh Rasulllah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara tauhid.
Termasuk aqidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah tentang di mana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana. Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy, yaitu di atas langit. Dalilnya antara lain,
“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
Makna istiwa adalah tinggi dan meninggi sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.
Adapun dari hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud).
· Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
“Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat-pen)” (Shahih. Lihat Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).
Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
· Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
· Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
· Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.
Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak bermain-main dengannya. Bahkan lebih dari itu –kita berlindung kepada Allah-, sebagian mereka menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi anak, dan memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik!
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda tentang musik,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ اَلْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh akan ada dari umatku yang menghalalkan zina, sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu Daud).
Maknanya: Akan datang dari muslimin kaum-kaum yang meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi laki-laki, pent.), minum khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal perkara tersebut adalah haram.
Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang bernada dan bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana dan yang lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Lonceng itu serulingnya syaithan”. (HR. Muslim).
Adapun tentang gambar, guru terbaik umat ini (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda,
كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ
“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di neraka, maka kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam”(HR. Muslim).
إِنِّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَاباً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَلْمُصَوِّرُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu hendaknya kita melarang anak-anak kita dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil, pesawat dan yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar makhluk hidupnya.
· Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri.
Tanamkan pula kepada mereka kebencian kepada orang-orang kafir. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds ketika mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka akan ditolong dengan seizin Allah.
Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah. Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor serta menakuti mereka dengan gelap.
· Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
Demikianlah beberapa tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua dan pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak. Dan hendaknya pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasehati putra-putri Islam dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.
Semoga bisa bermanfaat, terutama bagi orangtua dan para pendidik. Wallahu a’lam bishsawab.
)* Diringkas oleh Abu Umar Al-Bankawy dari kitab Kaifa Nurabbi Auladana karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu dan hadits-hadits tentang hukum gambar ditambahkan dari Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah karya Syaikh Muqbil bin Hadi.
Dicopy dari: http://www.wiramandiri.wordpress.com.

Selasa, 26 Agustus 2014

Ustadz Abdul Hamid (Ustadz Pledek) - AQIQAH (AKIKAH)























Kajian Siang hari ini tgl 27/08/2014 Oleh DA'I ABDUL HAMID (Ustadz Pledek)
DEFINISI APA ITU AQIQAH (AKIKAH)

Secara etimologis (lughawi) aqiqah adalah memotong (al-qat'u) atau nama untuk rambut pada kepala bayi yang dilahirkan (اسم للشعر على رأس المولود).

Menurut terminologi syariah (fiqih) akikah adalah hewan yang disembelih sebagai wujud rasa syukur atas karunia Allah atas lahirnya seorang anak baik laki-laki atau perempuan.
Al-Ghazi dalam kitab Fathul Qorib al-Mujib mendefinisikan aqiqah sbb: (الذبيحة عن المولود يوم سابعه) أي يوم سابع ولادته بحسب يوم الولادة من السبع) Kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketuju kelahiran.

DALIL DASAR HUKUM AQIQAH (AKIKAH)

- Hadits Riwayat Ahmad dan Imam Empat Hadits shahih menurut Tirmidzi.
كل غلام مرتهن بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويحلق ويتصدق بوزن شعره فضة أو ما يعادلها ويسمى
Artinya: Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, maka pada hari ketujuh disembelih hewan, dicukur habis1 rambutnya, dan diberi nama

- Hadits dalam sahih Bukhari

مع الغلام عقيقه فأهريقوا عنه دما وأميطوا عنه الأذى
Artinya: Setiap anak bersama aqiqahnya, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah gangguan darinya

- Hadits riwayat Abu Daud

أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمْرَهُمْ أَنْ يُعَقَّ عَنْ اَلْغُلَامِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ, وَعَنْ اَلْجَارِيَةِ شَاةٌ
Artinya: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan mereka agar beraqiqah dua ekor kambing yang sepadan (umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan.

- Hadits riwayat Malik dan Ahmad

وَزَنَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ شَعَرَ حَسَنٍ وَحُسَيْنٍ، فَتَصَدَّقَتْ بِزِنَتِهِ فِضَّةً.
Artinya: Fatimah Binti Rasulullah SAW (setelah melahirkan Hasan dan Husain) mencukur rambut Hasan dan Husain kemudian ia bersedekah dengan perak seberat timbangan rambutnya.

- Hadits riwayat Abu Daud dan Nasai

مَنْ اَحَبَّ مِنْكُمْ اَنْ يُنْسَكَ عَنِ وَلَدِهِ فَلْيَفْعَلْ عَنِ الْغُلاَمِ شاَتَاَنِ مُكاَفأَ َتاَنِ وَعَنِ الْجاَ رِيَةِ شاَةٌ
Artinya: Barang siapa diantara kamu ingin beribadah tentang anaknya hendaklah dilakukan aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sama umurnya dan untuk anak perempuan seekor kambing

- Hadits riwayat Abu Daud

أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم عَقَّ عَنْ اَلْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ كَبْشًا كَبْشًا
Artinya: Nabi beraqiqah untuk Hasan dan Husein masing-masing seekor kambing kibas.

BACAAN SAAT MENYEMBELIAH HEWAN AKIKAH

Sunnah membaca niat untuk aqiqah (akikah) sbb: Teks Tulisan Arab:
(sebutkan nama)... بسم الله، اللهم لك وإليك عقيقة
Tulisan latin: Bismillah Allahumma laka wa ilaika aqiqatu ... [sebutkan nama]

HUKUM AQIQAH (AKIKAH)

Ada tiga pendapat ulama dalam masalah status hukum akikah yaitu wajib, sunnah mu'akkad dan sunnah. Menurut madzhab Syafi'i hukumnya adalah sunnah (mustahab) apabila mampu.

SYARAT HEWAN AQIQAH (AKIKAH)

Adapun syarat hewan kambing yang dapat dijadikan aqiqoh itu sama dengan syarat hewan qurban (kurban) sbb:

- Kambing: sempurna berusia 1 (satu) tahun dan masuk usia (dua) tahun.
- Domba: sempurna berusia 6 (enam) bulan dan masuk bulan ke-7 (tujuh).
- Tidak boleh ada anggota badan hewan yang cacat.
- Dagingnya tidak boleh dijual.

WAKTU PELAKSANAAN AQIQAH (AKIKAH)

- Waktu pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari ketujuh lahirnya anak sekaligus memberi nama.
- Yang melaksanakan dan membeli kambing adalah orang tua anak yakni ayah sebagai kepala rumah tangga.
- Apabila aqiqah tidak dilakukan sampai anak mencapai akil baligh, maka gugurlah kewajiban aqiqah bagi orang tua.
- Anak yang belum diaqiqahi sampai baligh boleh beraqiqah untuk dirinya sendiri dan boleh tidak melakukannya. (Lihat: "Hukmul Aqiqah" dalam kitab Fathul Qarib al-Mujib )

SUNNAH DILAKUKAN SAAT BAYI LAHIR

Menurut Al-Ghazi dalam kitab Fathul Qarib saat seorang anak lahir, maka disunnahkan orangtuanya (bapaknya) melakukan hal-hal berikut untuk anak tersebut:

1. Segera setelah anak lahir ayah memperdengarkan adzan pada kuping kanan anak dan iqomah pada kuping kirinya.
2. Memberi sedikit kurma yang sudah dilembutkan pada mulut anak sampai tertelan. Apabila tidak ada kurma, maka bisa diganti dengan sesuatu yang manis.
3. Diberi nama pada hari ketujuh. Boleh memberi nama sebelum hari ketujuh atau setelahnya.
4. Setelah penyembelilan hewan aqiqah, rambut bayi dipotong dan sunnah bersedekah dengan emas atau perak seberat timbangan rambut yang dipotong.[1]

Catatan: Kalau seandainya anak tersebut meninggal sebelum hari ketujuh, sunnah hukumnya memberi nama.
Sumber: فصل في أحكام العقيقة

[1] Dari Imam Nawawi dalam kitab Minhajut Talibin (ويُحْلَقَ رأسُه بعد ذبحِها ويُتَصَدَّقَ بزِنَتهِ ذهبًا أو فِضَّةً).

FADHILAH (KEUTAMAAN) DAN MANFAAT AKIKAH

- Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah dengan lahirnya sang anak.

- Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syari'at Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.

PEMBAGIAN AKIKAH PADA FAKIR MISKIN

- Pelaku aqiqah yakni orang tua bayi hendaknya memberi makan pada fakir miskin dengan memasak daging aqiqah sebagai lauknya.
- Pemberian makan tersebut dapat berupa undangan ke rumah atau dihantarkan ke rumahnya.
Semoga bermanfaat...

Senin, 25 Agustus 2014

Ustadz Abdul Hamid (Ust.Pledek) - Pesan untuk Pemuda Islam






Pesan untuk Pemuda Islam
Pemuda dalam setiap kurun adalah pelopor zamannya….;

Dalam kurun awal Islam kita temukan sosok-sosok muda: Ali bin Abi Tholib (8th), Zubair bin Awwam (8 th), Arqam bin Abil Arqam (11 th), Ja’far bin Abi Tholib (8 th) Shohih Ar Rumy (19 th), Zaid bin Haritsah (20 th) Saad bin Abi Waqash (17 th), Utsman bin Affan (20 th) Umar bin Khotobb (27 yh), Abu Ubaidah bin Jarroh (27 th), Abdurrahman bin Auf (30 th), Abu Bakar Ash Shidiq (37 th)

Sebab dalam jiwa mudalah Allah menyematkan karakter-karakter perubah: Kritis, dinamis, kreatif, inovatif, dan reaktif. Merekalah generasi-generasi penerus [2:132-133,25:74,19:42]; pengganti kaum sebelumnya [5:54,2:143], pembaharu/mujaddid dalam setiap masanya.

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk;[ Al Kahfi:13]

Rosulullah SAW berpesan:

“Jagalah lima hal sebelum datangnya lima hal: masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang fakirmu, masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu” HR Al Hakim.
Rosulullah ditanya tentang apa yang akan dibalas dengan pahala atau siksa di hari kiamat, beliau menjawab:” Dia akan ditanya tentang apa yang ia perbuat untuk masa mudanya”. HR Tirmidzi
Tentang aktivitas pemuda, Rosulullah SAW bersabda: “ Sebaik-baik pemuda diantara kamu adalah yang mirip/seperti orang dewasa diantara kamu, dan sejelek-jeleknya orang tua diantara kamu adalah yang seperti pemuda diantara kamu” HR Baihaqi

AsySyahid Hasan Al Banna berpesan:
“Hendaklah anda selalu mengindahkan dan memperhatikan Allah SWT, selalu ingat akan akhirat dan bersiap-siap unuknya. Tempuhlah semua kelakuan yang dapat menyampaikan anda pada keridhaan Allah dengan tekad dan kesungguhan. Dekatkanlah diri anda kepada-Nya denganmelestarikan ibadat-ibadat sunnat seperti tahajud, shoum tiga hari dalam sebulan, memperbanyak dzikir dalam hati dan ucapan serta membiasakan berdoa dalam segala hal yang diriwayatkan dari Rosulullah SAW”

Asy- Syahid DR Abdullah Azzam berpesan:
“Wahai pemuda Islam….
Engkau tumbuh dalam desingan peluru-peluru, dentuman meriam, raungan kapal terbang dan deru suara tank. Jagalah diri kalian!
Jangan terpengaruh oleh senandung lagu milik orang yang dibuai kenikmatan hidup. Jangan terlena oleh musiknya orang yang bermewah-mewahan dan kasurnya orang yang kekenyangan.”

DR Abdullah Nasihih Ulwan menasihatkan:
Ingatlah wahai pemuda muslim…. kalian tidak akan dapat meraih suatu kemenangan bila tanpa dibarengi dengan iman dan taqwa, muroqobah dengan Allah dengan sembunyi atau terang-terangan. Perbaikilah niatmu. Jagalah dirimu dari maksiyat dan dosa. Kuasailah hawa nafsu dan jauhilah dari fitnah kehidupan dunia.
Sebenarnyalah misi Islam itu akan terwujud dengan:
1. Iman yang kuat [ Al Hujurat;15]
2. Keihlasan yang sungguh-sungguh [ Al bayyinah :5]
3. Tekad yang kuat tanpa rasa takut [Al Ahzab :39]
4. Usaha yang berkesinambungan [ At Taubah:105]

Sebuah kisah tatkala Umar RA tidak sabar menanti saat penaklukan Mesir di tangan Muslimin, beliau berkirim surat kepada panglima tertinggi : Amru bin Ash:
“ Amma ba’du. Sungguh aku heran atas kelambatan kalian, padahal kalian sudah bertempur selama dua tahun. Itu semua disebabkan karena kalian terlalu cinta terhadap kesenangan dunia sebagaimana musuh-musuh kalian. Padahal Allah sekali-kali tidak akan menolong suatu kaum sebelum dia membuktikan kesungguhan niatnya. Kepada Sa’ad bin Abi Waqash:
Aku berwasiat kepadamu dan kepada setiap tentaramu supaya senantiasa bertaqwa kepada Allah dalam setiap keadaan. Karena Taqwa adalah sebaik-baik bekal dalam menghadapi musuh. Taqwa adalah strategi perang yang paling jitu. Dan aku perintahkan kalian supaya mawas diri dengan ketat dari maksiyat lebih ketat darimawas diri dari musuh kalian, karena dosa pasukan lebih berbahaya daripada serangan musuh.
Kaum muslimin baru mendapat pertolongan-Nya manakala musuh-musuh mereka telah tenggelam dalam kemaksiyatan kepada Allah. Kalau bukan karena itu tentu kekuatan kita tidak ada artinya dalam menghadapi mereka, sebab baikjumlah personil maupun persenjataan kita jauh berbeda darimereka. Nah , kalau kita dan mereka setara dalam maksiyat, maka sudah barang tentu mereka akan lebih unggul dari kita. Wassalam.”

Benar sekali yang dikatakan Umar RA: “ Ummat Islam adalah suatukaum yang dimuliakan Allah dengan Islam. Tetapi bila mencari kemuliaan diluar dari garis yang telah ditentukan-Nya, maka niscaya Dia akan menghinakanya. {HR Al Hakim]
Wahai pemuda muslim! Sesungguhnya ummat ini benar-benar mengandalkan kalian. Oleh karenanya mohonlah kepada Allah akan pertolongannya. Insya allah kalian akan unggul. Berjalanlah di atas jalur yang pernah dilalui oleh para Nabi, singsingkan lengan bajukalian dan bangunlah kembali kejayaan Islam. Raihlah kejayaan yang pernah dicapai oleh nenek moyang kalian. Ingatlah didepan kalian hanya ada dua alternatif: menang ataumati syahid!

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. [At Taubah:105]

Selasa, 19 Agustus 2014

Datangkan Guru Privat ngaji Rumah - Kerumah bersama DA'I ABDUL HAMID (Ustadz Pledek) - Karawang - Jawa Barat





Les Privat Mengaji (Iqro) untuk Anak dan Dewasa adalah  bagi mereka yang ingin belajar membaca Al Qur’an baik untuk anak-anak maupun dewasa, bahkan lansia. Saat ini, metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode Iqro yang sudah terkenal hingga luar negeri. Dibandingkan metode yang lain, metode Iqro lebih mudah dipahami oleh siswa didik dari kalangan anak hingga lansia sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal. Les Privat Mengaji (Iqro) memiliki keunggulan yaitu siswa lebih fokus pada pembelajaran sehingga siswa didik lebih cepat bisa membaca Al Qur’an. Ya, karena dengan sistem ini, siswa didik akan diajar oleh satu siswa sehigga proses pembelajaran lebih terarah. Selain itu, privasi dari siswa didik juga akan lebih terjamin karena guru ngaji yang akan datang ke rumah sesuai dengan jam dan waktu yang telah disepakati.

Anda tidak perlu malu untuk ikut program Les Privat Mengaji (Iqro) untuk Anak dan Dewasa BERSAMA DA'I ABDUL HAMID (USTADZ PLEDEK) oleh Karena itu  Anda akan diajari dari 0 hingga bisa lancar membaca Al Qur’an, Insya Alloh. Lama durasi belajar adalah 1, jam, namun dalam proses pembelajaran biasanya juga disisipi materi-materi keagamaan seperti aqidah, akhlak, dan ibadah. Program ini sangat cocok untuk anak dan dewasa yang menginginkan bisa belajar membaca Al Qur’an dari rumah.

Jika Anda sudah memiliki keyakinan bahwa Mengaji itu sangat penting akan menjadi bagian dari pendamping belajar putra/i Anda atau Anda sendiri dalam memberikan Les Privat Mengaji (Iqro) untuk Anak dan Dewasa di wilayah Kota Karawang, dan Bekasi Dan Purwakarta maka segeralah hubungi kami. Anda bisa menghubungi kami pada nomor 085885713598 (wilayah Karawang, Bekasi, Purwakarta,) dan 085212071868 atau  Untuk sementara, kami baru membuka layanan bimbingan belajar untuk daerah Kotamadya Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta.

Kamis, 07 Agustus 2014

DA'I ABDUL HAMID (Ustadz Pledek) - Keutamaan Mengajar dan Belajar Ilmu Agama


Kajian Sore hari ini tgl 07/08/2014 Oleh DA'I ABDUL HAMID (Ustadz Pledek)
Keutamaan Mengajar dan Belajar Ilmu Agama

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar.!!!

Belajar ilmu agama, yang dengan ilmu tersebut seseorang mampu menegakkan agamanya dan memurnikan amalannya hanya untuk Allah ta’ala, hukumnya fardhu ‘ain. Dari sini, maka diwajibkan bagi setiap mukallaf, pria dan wanita, untuk mempelajari ilmu ushuluddin yang dengan ilmu tersebut luruslah aqidahnya. Setiap mukallaf juga wajib mempelaj...ari ilmu tentang ibadah dan mu’amalah, yang dengan ilmu tersebut benarlah ibadah dan aktivitas mu’amalahnya. Misalnya ilmu tentang wudhu, mandi, shalat, puasa, hukum-hukum zakat dan haji bagi yang diwajibkan melaksanakannya, termasuk mempelajari tentang cara mengikhlaskan niat dalam beribadah hanya karena Allah ta’ala. Bagi seorang pedagang, diwajibkan mempelajari hukum-hukum jual-beli untuk menghindari syubhat dan hal-hal yang makruh dalam seluruh mu’amalahnya.

Siapapun yang beraktivitas dalam suatu aktivitas, fardhu ‘ain baginya mempelajari hukum-hukum terkait aktivitasnya tersebut, untuk menghindari hal-hal yang haram dalam aktivitas tersebut.

Ada juga ilmu yang hukumnya fardhu kifayah untuk dipelajari. Ilmu-ilmu tersebut tak harus dikuasai oleh setiap muslim, namun di tengah kaum muslimin harus ada yang mempelajari dan menguasainya, misalnya ilmu kedokteran, matematika, nahwu, bahasa, qira’at, sanad hadits, dan semisalnya. Selain itu, ada juga yang mandub hukumnya, seperti mengkaji secara mendalam ilmu fiqih dan ilmu-ilmu syar’i lainnya.

Mengajar Ilmu Agama

An-Nawawi berkata: “Mengajar para penuntut ilmu hukumnya fardhu kifayah. Jika hanya ada satu orang yang mampu mengajar, maka fardhu ‘ain hukumnya bagi orang tersebut. Jika banyak orang yang mampu mengajar, kemudian seseorang diminta untuk mengajar, namun ia tidak bersedia, apakah ia berdosa? Ada dua pendapat dalam hal ini, dan yang benar adalah pendapat yang menyatakan tidak berdosa.”

Ibn al-Hajj berkata: “Wajib atas seorang ‘alim, jika ia melihat manusia berpaling dari ilmu, menampakkan diri di hadapan mereka untuk mengajari dan memberi nasihat kepada mereka.”

Syara’ telah mendorong penggiatan pengajaran berbagai ilmu yang diperlukan oleh umat, baik untuk urusan diin­ maupun dunia. Ada beberapa ayat al-Qur’an dan al-Hadits terkait hal ini.

Dalam al-Qur’an:

فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون

Artinya: “Mengapa tidak pergi beberapa orang dari tiap-tiap golongan di antara mereka untuk memperdalam pengetahuan agama mereka, dan memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali kepadanya, agar mereka bisa memelihara diri mereka.” (at-Taubah ayat 122)

وإذ أخذ الله ميثاق الذين أوتوا الكتاب لتبيننه للناس ولا تكتمونه

Artinya: “Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi al-Kitab, yaitu hendaklah mereka menerangkan isi kitab tersebut kepada manusia dan janganlah menyembunyikannya.” (Ali ‘Imraan ayat 187)

وإن فريقا منهم ليكتمون الحق وهم يعلمون

Artinya: “Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (al-Baqarah ayat 146)

Dalam al-Hadits:

من سئل عن علم فكتمه ألجم بلجام من نار يوم القيامة

Artinya: “Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu, kemudian ia menyembunyikannya, maka ia akan diberi kekang dari api pada hari kiamat.” (HR. Ahmad dan al-Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi)

طلب العلم فريضة على كل مسلم، وإن طالب العلم يستغفر له كل شيء حتى الحيتان في البحر

Artinya: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya segala sesuatu memohonkan ampun kepada Allah bagi seorang penuntut ilmu, termasuk ikan-ikan di lautan.” (HR. Ibn ‘Abdil Barr dari Anas radhiyallahu ‘anhu. Ibn Hajar mendha’ifkan salah satu rawinya, yaitu حسان بن سياه, sebagaimana yang tercantum dalam Lisan al-Mizan)

طلب العلم فريضة على كل مسلم

Artinya: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibn Majah dari Anas radhiyallahu ‘anhu dengan isnad yang dha’if. Dikeluarkan juga oleh yang lain, dan dihasankan oleh al-Mizzi melalui jalannya, sebagaimana yang dicantumkan dalam al-Maqasid al-Hasanah­-nya as-Sakhawi)

Keutamaan Mengajar dan Belajar Ilmu Agama

Terdapat beberapa ayat al-Qur’an dan al-Hadits tentang hal ini.

Dalam al-Qur’an:

قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون

Artinya: “Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (az-Zumar ayat 9)

وقل ربي زدني علما

Artinya: “Dan katakanlah, wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmu pengetahuan untukku.” (Thaahaa ayat 114)

إنما يخشى الله من عباده العلماء

Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah para ‘ulama.” (Faathir ayat 28)

هو الذي بعث في الأميين رسولا منهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة وإن كانوا من قبل لفي ضلال مبين

Artinya: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, membersihkan mereka, dan mengajarkan mereka al-Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (al-Jumu’ah ayat 2)

Dalam al-Hadits:

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

Artinya: “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan padanya, akan dipahamkannya orang tersebut tentang agama.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu)

لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من حمر النعم

Artinya: “Sesungguhnya petunjuk Allah yang diberikan kepada seorang laki-laki melalui dirimu, itu lebih baik bagimu dibandingkan unta merah.” (Perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Ali radhiyallahu ‘anhu. HR. Muslim dari Sahl ibn Sa’d radhiyallahu ‘anhu)

إن الله لم يبعثني معنتا ولا متعنتا، ولكن بعثني معلما ميسرا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai orang yang memaksakan kehendak dan tidak pula keras kepala, akan tetapi dia mengutusku sebagai pengajar lagi memberikan kemudahan.” (HR. Muslim dari Jabir ibn ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma)

Semoga bermanfaat, dan semoga kita selalu istiqamah dan bersemangat dalam menuntut ilmu, khususnya ilmu agama. Wallaahul musta’aan.

[Rujukan: al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, bab at-Ta’liim wa at-Ta’allum]