Assalamu’alaikum Warahmatulloohi
Wabarakaatuh
Alhamdulillahil Awwal qobla kullil awwal, wal aakhir
ba’da kullil aakhir, lahul mulku walahulhamdu yuhyii wa yumiitu wa hua ‘alaa
kulli syai-in qidiir. Asyhadu allaa
ilaaha illallooh, wa asyhadu anna Muhammadar Rosuululloh, almab’uutsu
rohmatallil ‘Alamiin. Amma ba’du
Yang saya
hormati ___________________________________________________
Yang saya
hormati ___________________________________________________
Yang saya
hormati ___________________________________________________
Teman temanku :
da’I / da’iyah yang dirahmati Alloh SWT
Sangat
berbahagia pada hari ini, saya bias tampil dihadapan saudara/saudari semua
dalam acara ____________________ untuk
menyampaikan sebuah judul :
KISAH DI AMPUTASINYA URWAH BIN ZUBAIR
Hadirin yan saya hormati,
Marilah sejenak kita merenung terhadap sebuah kisah yang layak kita jadikan
"ibrah" (pelajaran) bagi kita, di mana betapa luar biasanya buah
keimanan dapat mengecilkan arti musibah duniawi.
Dikisahkan salah seorang tabi'in bernama Urwah bin Zabir, yang Allah
takdirkan salah satu kakinya dari lutut ke bawah sakit hingga membusuk. Tak
lama kemudian didatangkan 4 orang Tabib sebagai upaya penyembuhan. Ternyata
hasil diagnosa 4 Tabib menyimpulkan bahwa tidak ada cara lain kecuali harus
diamputasi kaki yang membusuk tsb. Jika tidak, maka dikhawatirkan penyakitnya
akan menjalar ke seluruh tubuh.
Ketika berita ini disampaikan kepada Urwah, dengan
tenang dia mengatakan, kalau memang itu adalah keputusan para Tabib, kenapa
tidak segera dilakukan ?
Bapak-bapak, ibu-ibu, teman-teman da’i/da’iyah yang
dirahmati Alloh,
Sebelum pelaksanaan operasi, disodorkanlah oleh Tabib
minuman kepada Urwah sambil mengatakan, silakan anda minum terlebih dahulu.
Ketika Urwah mau meminumnya terciumlah aroma lain, maka dia bertanya, minuman
apa ini ? “Arak”, kata Tabib. Maksudnya apa, tanya Urwah. Jawab Tabib: “supaya
anda mabuk agar mengurangi sedikit rasa sakit karena sebentar lagi kaki anda
akan kami gergaji mulai dari kulit, daging hingga tulang. Dan, tentu saja akan
terjadi pendarahan yang luar biasa. Supaya darah tidak terus mengalir, maka
sudah kami siapkan "kuali" dengan minyak goreng yang sudah mendidih.
Setelah kaki anda dipotong agar jangan terus mengeluarkan darah maka kaki anda
itu akan kami masukkan ke dalam kuali agar cepat kering.
Jawab Urwah, “Sungguh sulit diterima akal sehat jika
ada seorang mu'min yang beriman kepada Allah lantas dia meminum sesuatu untuk
menghilangkan akalnya. Sehingga dia sudah tidak ingat lagi siapa Tuhannya?
Betapa saya meragukan keimanan seseorang yang sampai
mau meminum khamr sehingga dia tidak sadar bahwa Allah itu ada, bagaimana bisa
diyakini keimanan seperti itu. Saya tidak ingin sedikit pun termasuk orang
seperti itu, untuk itu buanglah jauh-jauh khamr dari depan mukaku”.
“Lantas apa yang mesti kami lakukan?”, kata Tabib.
Urwah berkata: “setelah saya memberi isyarat dengan tangan saya, silakan
laksanakan tugas kalian, gergaji kaki saya dan masukkan ke dalam kuali”. Lalu
Urwah pun asyik khusyu’ berzikir sampai kemudian dia angkat tangannya
sambil terus berzikir memejamkan mata pertanda dia sudah siap untuk digergaji
kakinya. Maka digergajilah kaki Urwah dan langsung dimasukkan dalam kuali.
Hadirin yang berbahagia
Urwah-pun pingsan. Setelah siuman, sambil tetap
berbaring di tempat tidur, dia meminta kepada orang di sekelilingnya agar
potongan kakinya tersebut setelah dimandikan dan dikafani dan sebelum
dikuburkan dapat dihadirkan-kepadanya.
Dibawakanlah potongan kakinya dan sambil berbaring dia
angkat potongan kaki itu sambil mengatakan, Ya Allah, Alhamdulillah,
selama ini Engkau telah karuniakan saya dua kaki, kelak kaki ini akan menjadi
saksi di akhirat nanti. Ya Allah, Demi Allah, saya tidak pernah membawa dia
melangkah ke jalan yang tidak Engkau
ridhai. Kini, Engkau ambil yang hakikatnya adalah milik-Mu Ya Allah,
innalillaahi wa inna ilaihi rajiuun, mudah-mudahan saya masih bisa memanfaatkan
kaki yang tersisa ini. Lantas potongan kaki pun diberikan sambil ia
meminta dikuburkan.
Nyaris tidak ada kesedihan, tapi tiba-tiba Urwah
menangis. Orang yang menyaksikan sejak
awal itu berkomentar: “kami semula begitu merasa bangga dengan ketegaran anda,
lalu kenapa engkau kini menangis, wahai Urwah ?” Beliau menjawab: “Demi Allah,
hanya Allah yang Mahatahu, saya bukan menangis karena hilangnya satu kaki saya,
yang hakikatnya milik Allah, tapi yang membuat saya menangis hanyalah
kekhawatiran, apakah dengan kaki yang hanya tinggal satu ini saya masih bisa
beribadah dengan sempurna kepada Allah ?
Allahu Akbar! Luar biasa keimanan Urwah, dunia menjadi
kecil di mata orang mukmin seperti Urwah ini.
Teman-teman yang berbahagia,
Semoga kisah ini mampu mengetuk hati kita untuk menjadi
hamba yang bersyukur dan bisa bersabar dengan ujian-ujian Allah SWT
Demikian yang dapat saya sampaikan atas segala
perhatian saya ucapkan terima kasih.
Wabillahittaufiiq
wal hidaayah.
Wassalamu’alaikum Warahmatulloohi Wabarakaatuh,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar